Mohon tunggu...
Supriadi S.Pd
Supriadi S.Pd Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru SMP Negeri 1 Matan Hilir Utara Kab. Ketapang Kalimantan Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kalau Begini, Apakah Sudah Aman?

22 Maret 2017   08:55 Diperbarui: 22 Maret 2017   17:00 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IGI (Ikatan Guru Indonesia) adalah merupakan salah satu organisasi profesi keguruan yang masih sangat muda usianya. Tanggal 26 November 2009 merupakan hari jadi IGI, sehingga pada HGN tahun 2016 IGI baru berulang tahun yang ke 7. Iya, kalau di umpamakan seorang anak dengan usia 7 tahun dia baru masuk sekolah dasar, sehingga masih banyak yang belum mengenalnya. Walaupun IGI sebagai organisasi baru, tapi gerakannya seolah-olah gerakan organisasi yang sudah sangat senior sehingga IGI dianggap sebagai organisasi saingan yang harus diperhitungkan oleh organisasi lain. Seringkali kita mendengar di daerah-daerah terjadi gesekan-gesekan dengan organisasi paling senior akibat dari kehadiran IGI. Menurut saya, ini terjadi karena kurangnya komunikasi antara sesama organisasi sebelumnya.

Kabupaten tempat saya merupakan salah satu kabupaten yang baru mengenal IGI. SK (Surat Keputusan) kepengurusan diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2017, sehingga masih banyak guru-guru yang belum tau apa itu IGI. Sebagai organisasi yang baru di kabupaten ini dan untuk menghindari terjadinya benturan-benturan di lapangan yang tidak kita inginkan, maka saya selaku pengurus beserta teman-teman yang lain mengagendakan untuk melaksanakan kunjungan dan mengadakan dialog bersama. Karena kami menganggap komunikasi adalah sesuatu yang sangat penting. Dengan komunikasi yang baik maka akan bisa terjalin juga hubungan yang baik pula.

Pada tanggal 5 Februari 2017 komunikasi yang pertama kami lakukan adalah mengadakan dialog dengan organisasi seprofesi yaitu PGRI. PGRI merupakan organisasi paling senior yang dimiliki negara ini, maka sepantasnya lah sebagai organisasi baru kita menjalin kerjasama dengan orang yang kita anggap paling senior yang dalam hal ini adalah organisasi PGRI. Sebab di lapangan nantinya kita akan berbenturan langsung bersama karena kita sama-sama organisasi seprofesi. Mau tidak mau persaingan akan terjadi, maka untuk menghindari terjadinya persaingan yang tidak baik dilakukanlah dialog terlebih dahulu.

Komunikasi selanjutnya yang dilakukan adalah berkunjung di dinas pendidikan. Pada hari Jum’at tanggal 24 Februari 2017. Bagi saya berkunjung di dinas pendidikan dan harus menghadap kepala dinas pendidikan adalah merupakan kunjungan yang sangat menegangkan dan mengkhawatirkan. Mengapa? Alasannya adalah beliau adalah mantan ketua PGRI dan loyalitasnya terhadap PGRI sudah tidak diragukan lagi, jadi perasaan akan terjadinya penolakan terhadap IGI sudah muncul dalam benak saya pada saat itu. Alasan selanjutnya adalah beliau merupakan pimpinan lembaga tertinggi dalam dunia pendidikan artinya beliau juga merupakan pimpinan saya. Mulai muncul juga di benak saya bahwa banyaknya kabar dari daerah-daerah lain anggota IGI mendapatkan intervensi dari Kadis. Sampai isu akan di mutasi juga muncul dalam fikiran saya. Terus terang saja rasa takut mulai muncul di benak saya waktu itu, tapi saya mencoba untuk menenangkan diri dengan cara sambil bercanda-canda dengan teman. Saya bersama dua orang teman yang lain pergi ke kantor dinas pendidikan sekitar pukul 13.30 WIB. Sambil menunggu bapak Kadis yang belum hadir waktu itu, kami bertiga ngobrol bersama tentang strategi-strategi pembicaraan yang akan di kita bicarakan bersama bapak Kadis. Akhirnya sekitar 1 jam menunggu akhirnya bapak Kadis pun datang juga. Kemudian sambil mengisi buku tamu saya dan dua orang teman yang lain menunggu antrian untuk menghadap bapak Kadis, karena selain kami juga banyak tamu yang sudah menunggu sebelumnya. Setelah sekitar pukul 16.00 WIB dan tamu pada saat itu sudah tidak ada lagi, tiba-tiba asisten dari bapak kadis mendatangi kami dan mengatakan bahwa, kami diperintahkan untuk menghadap sekretaris dinas kemudian Kabid Ketenagaan. Naaaaah looooo. Kok bisa? Padahal kita hanya mau koordinasi. Apa hubungannya dengan sekretaris dinas dan Kabid Ketenagaan? Rasa curiga mulai muncul di benak kami bahwa Kadis mau mempersulit gerakan para pengurus IGI. Tapi saya dan teman-teman menganggap ini tantangan. “Kita ikuti saja dulu apa yang beliau inginkan” sahut salah seorang dari kami. Kami langsung saja menuju ke ruangan sekretaris dinas. Untung saja bapak sekretaris dinas belum pulang. Disini kami kembali menunggu, sebab bapak sekretaris sedang sibuk dan ada tamu. Sambil menungguu kami bersepakat untuk melaksanakan sholat Ashar secara bergantian, takutnya ketika kami sholat Ashar secara bersama-sama bapak sekretaris malah pulang. Jadi sekitar 1 jam lagi kami menunggu kembali. Akhirnya sekitar pukul 17.00 WIB, bapak sekretaris pun baru bisa menemui kami. Bayangkan dari 13.30 – 17.00 WIB perjuangan kami. Sekitar 3 jam 30 menit kami menunggu, barulah bisa menemui salah satu pembesar dari dinas pendidikan. Setelah kami jelaskan tentang IGI kepada bapak sekretaris, Alhamdulillah tanggapan dari bapak sekretaris sangat positif tentang keberadaan IGI. Pesan bapak sekretaris waktu itu adalah “Jadikan organisasi ini benar-benar organisasi yang sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru jangan sampai disalahgunakan seperti masuk dalam dunia politik. Semua itu tergantung dari pengurus yang ada”. Mungkin itu sedikit dari pesan bapak sekretaris terhadap kami para pengurus IGI Daerah. Setelah menghadap bapak sekretaris kami langsung pulang karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Kami bersepakat akan melanjutkan menghadap Bapak Kepala Bidang Ketenagaan sesuai perintah dari Bapak Kepala Dinas. Pada hari seninnya, sekitar pukul 14.00 WIB, kami langsung menghadap Bapak Kabid Ketenagaan dan hasilnya hampir sama dengan Bapak Sekretaris bahwa beliau menyambut baik kehadiran IGI dan harapan dari beliau supaya IGI bisa bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk saling membantu meningkatkan mutunya guru. Tidak butuh waktu lama menghadap Bapak Kabid, hanya butuh waktu sekitar 30 menit berbicara bersama beliau. Setelah itu kami langsung menuju ruangan Bapak Kepala Dinas dan pada saat itu beliau belum hadir, kembali acara menunggu kami lakukan. Kami terus menunggu sekitar 2 jam tetap belum juga ada tanda-tanda kedatangan Bapak Kepala Dinas. Ternyata informasi dari asistennya bahwa Bapak Kepala Dinas ada kegiatan dan tidak bisa hadir ke kantor. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Kami bergegas pulang. Tapi sebelum pulang kami bersepakat untuk duduk nyantai di warung kopi terlebih dahulu sambil membicarakan IGI kedepannya. Apakah kita masih berusaha ketemu Bapak Kepala Dinas atau kita tinggalkan saja? Tidak lama kami duduk santai, saya mendapat telpon dari teman bahwa kawan-kawan IGI di undang Bapak Kepala Dinas ke rumahnya malam ini juga jam 19.00 wib. Saya langsung kaget mendengar berita itu. Rasa takut, was-was kembali datang. Kami berdiskusi bahwa kita pasti dipertemukan bersama pengurus-pengurus PGRI, sebab jauh hari sebelumnya waktu saya mengirimkan berkas tentang legalitas IGI melalui bantuan dari pengawas sekolah saya, Bapak Kepala Dinas mengatakan bahwa “Oooooh, ini adalah saingan PGRI dan harus saya pertemukan dengan PGRI”. Nah kata-kata itu yang saya ingat terus, informasi dari pengawas sekolah. Wah kacau kalau PGRI bertemu kami di hadapan Kepala Dinas pasti PGRI mulai ngotot tidak mau menerima keberadaan IGI karena di dukung oleh kepala dinas yang notabenenya mantan ketua PGRI, pikiran saya pada saat itu. Karena rasa takut, was-was bercampur jadi satu sampai-sampai jajan yang di hidangkan di atas meja kami habis di lahap dua orang teman tanpa saya sadari, hehehehe. Benar-benar stres saya di buatnya pada waktu itu. “ini sudah resiko, ini bumbu-bumbu organisasi bro” ucap salah satu dari teman sambil menyantap jajan. Kayaknya mereka tanpa ada beban sedikitpun. Malam harinya, acara pertemuan pun sudah tiba kami waktu itu bertiga mengunjungi rumah Bapak Kepala Dinas. Apa yang terjadi? Ternyata apa yang saya khawatirkan selama ini berbanding terbalik dari kenyataan sangat bertolak belakang 180o dari yang saya perkirakan. Bapak Kepala Dinas sangat bijaksana. Beliau sangat antusias terhadap IGI. Bahkan saya beranggapan bahwa dari sekian banyak kunjungan yang telah kami lakukan, kunjungan dengan Bapak Kepala Dinas lah yang sangat berkesan dan paling lama. Bayangkan saja dari jam 19.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB.

Setelah kunjungan bersama Dinas Pendidikan kami anggap selesai dan menghasilkan hasil yang sangat memuaskan. Selanjutnya kami mengagendakan untuk ketemu dengan orang nomor satu di Kabupaten yaitu Bapak Bupati. Tapi sebelum menghadap Bapak Bupati, secara aturan kami harus menghadap asistennya terlebih dahulu. Maka tanggal 28 Februari 2017 akhirnya asisten Bupati mau menerima kami dan kembali hasilnya hampir sama bahwa sangat mendukung akan kehadiran IGI sebagai wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia dan ini sesuai juga dengan Visi dan Misi dari Bapak Bupati yaitu “Meningkatkan kualitas sumber daya manusia”. Sampai tulisan ini di buat, saya belum menerima agenda pertemuan dengan Bapak Bupati.

Dari hasil kunjungan dan pertemuan yang telah kami lakukan, bisa diambil kesimpulan bahwa hadirnya IGI dalam bidang pendidikan sebenarnya membawa angin segar terhadap dunia pendidikan itu sendiri. Hal ini di buktikan dari tanggapan-tanggapan para pemangku kebijakan yang kami datangi. Rata-rata semuanya mendukung akan visi dan misinya IGI. Yang menjadi persoalan kemudian mengapa masih sering kita mendengar di daerah-daerah lain adanya penolakan terhadap IGI, adanya intimidasi terhadap para pengurus IGI. Menurut saya karena faktor komunikasi awal yang kurang dilakukan, sehingga hanya isu negatif yang lebih banyak berkembang.

Melihat dari perjalanan di atas timbul sebuah pertanyaan, apakah IGI di tempat saya sudah aman? Apakah kami sudah puas dengan hasil itu? Harapan kami bersama hanyalah semoga dengan wadah adanya IGI kita bisa menambah amal ibadah, bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun