Tidak heran jika sang pendekar pena Mahbub Djunaidi pernah menulis sebuah artikel yang menarik: Buku Petunjuk Pendidikan Politik Sejak Dini (Kompas, 18 Maret 1981).
Salah satu kalimat yang tertuang dalam artikel tersebut "Apabila seorang anak sudah duduk di kelas V SD, paling lambat VI. Ajaklah ia kekebun binatang, begitu menginjak pintu gerbang segera bisikkan kekupingnya "Kamu tidak mau dijebloskan kedalam kandang seperti mahluk-mahluk itu, kan? Nah, jadilah manusia yang paham politik. Manusia yang tidak berpolitik itu namanya binatang, dan manusia yang berpolitik itu namanya binatang"
Entahlah apa makna tersembunyi dari kalimat satire itu, namun yang pasti kalimat satire itu memukul para politikus yang keluar dari sifat dan hakikat manusianya.
Mereka adalah binatang yang berpolitik. Lalu apa persamaan manusia dan binatang? Apa esensi dari manusia? persamaan manusia dan binatang adalah sama-sama memiliki ruh dan esensi manusia adalah akal.
Manusia adalah "Animal Rationale" kata Ariestoteles. Manusia adalah binatang yang berpikir. Jika akalnya hilang maka jadilah ia binatang. Mari berpikir! ***
Sumber: Semua sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H