Mohon tunggu...
Gani Islahudin
Gani Islahudin Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Baca aja dulu, opini belakangan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sebuah Keterasingan Hidup dalam Novel Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya

31 Agustus 2023   10:27 Diperbarui: 31 Agustus 2023   10:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya (Foto: Instagram/@istanabukunana)

Akurasi.co - Tsukuru Tazaki punya empat sahabat karib di SMA. Kebetulan semua nama mereka menyiratkan warna. Dua laki-laki yang masing-masing dipanggil Akamatsu yang berarti 'pinus merah' dan Oumi yang berari 'laut biru'.

Sementara nama para gadis berturut-turut Shirane, 'akar putih', dan Kurono, yang berarti 'ladang hitam'. Dan Tsukuru Tazaki satu-satunya nama belakangnya yang tidak membuat warna.

Novel Tsukuru Tazaki Tanpa warna dan Tahun Ziarahnya dibuka dengan Tsukuru di usia 20 tahun yang sedang berpikir tentang kematian. Ia berpikir untuk mati "Sejak bulan Juli sampai Januari tahun berikutnya saat masih mahasiswa semester III sampai semester IV, Tsukuru Tazaki hanya hidup dengan memikirkan kematian.

Dia menyongsong ulang tahun kedua puluh, namun buat dia momen istimewa ini, peralihan usia menjadi dewasa, tidak berarti apa-apa. Baginya mengakhiri nyawa sendiri terasa sangat wajar dan paling masuk akal"

Dalam menjalin pertemanan, Tsukuru selalu merasa dirinyalah yang tidak mempunyai ciri-ciri yang menonjol selain dia adalah anak yang paling kaya diantara sahabat karibnya itu. Aka orang yang sangat cerdas, nilainya selalu rangking paling atas padahal ia tak pernah terlihat belajar begitu keras. Ao pemain depan tim Rugby di sekolahnya; perawakannya besar dan tegap.

Shiro berparas anggun; badannya lasing mirip model dan Shiro bisa dibilang perempuan yang ideal dan proposional. Dia seringkali menjadi pusat perhatian kaum laki-laki. Dia perempuan yang jago bermain piano dan tertutup, tidak suka memperlihatkan kebolehannya.

Lain halnya dengan Kuro yang tidak seperti Shiro. Ia biasa -biasa saja, tetapi air mukanya memperlihatkan punya daya tarik sendiri. Yang paling menonjol daro Kuro adalah ia sangat pandai pada bidang ilmu sosial, budaya dan bahasa. Nilainya selalu tinggi. Dan seperti pada umumnya, ia payah dalam mata pelajaran Matematika dan Fisika.

Selepas mereka lulus SMA, hanya Tsukuru yang melanjutkan kuliah diluar kampung halaman mereka, Nagoya. Tsukuru melanjutkan kuliah di salah satu Universitas di Tokyo dengan jurusan yang berkaitan dengan pembangunan stasiun kereta api.

Tsukuru sangat menyukai stasiun kereta api dan melamun seorang diri disana. Mungkin satu-satunya yang menonjol dalam diri Tsukuru adalah ia sangat menyukai Stasiun Kereta api dengan segala kerumitan dan kesibukan manusianya.

***

Keterasingan hidup Tsukuru bermula saat ia secara mendadak dihempaskan dari kelompok masa SMA nya. Peristiwa itu diawali saat Tsukuru libur musim panas sebelum semester IV. Sejak saat itu hidup Tsukuru berubah drastis lalu hidup hanya memikirkan tentang kematian.

Tsukuru tidak tahu, kenapa ia dibuang dari kelompoknya, hal itulah yang menjadikan ia hidup berlarut-larut dalam kesedihan. Ia sama sekali tidak tahu masalah atau kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga akhirnya teman karib masa SMA nya begitu tega membuatnya menderita dalam ketidaktahuannya.

Tskuru selalu mencari cara mengelabuhi masalalunya. Dan setelah ia dihempaskan dari kelompoknya ia hanya mempunyai satu teman selama berada di Tokyo. Namnya Haida yang kebetulan sama-sama suka berenang di kolam renang milik Univesitasnya.

Sempat menjalin hubungan yang erat hingga Haida sering berkunjung ke Apertemen Tsukuru. Namun lagi-lagi Haida hilang tanpa pemberintahuan apa-apa pada Tsukuru. Tsukuru kembali hidup dalam kesunyian dan keterasingan didunia yang kelewat riuh ini.

"Di dunia ini ada banyak persoalan yang tidak dapat diatasi hanya dengan perasaan sayang. Hidup itu panjang, kadang kejam. Ada kalanya butuh korban, seseorang harus memerankannya. Dan tubuh manusia itu rapuh, mudah terluka, dan berdarah jika diiris" (hlm. 343)

Hingga ia mencapai umur 36 tahun sebagai insinyur pembangunan kereta api, Tsukuru masih saja hidup dalam keterasingan dan dihantui oleh masalalunya. Hingga puncaknya ia bertemu dengan Sara; dan menceritakan semua kehidupannya pada Sara. Sara sangat iba dengan Tsukuru, lalu kemudian Sara memberikan saran pada Tsukuru untuk mencari tahu semua masalah masalalunya agar terang benderang dan Tsukuru bisa hidup tenang.

Tsukuru menyetujui usulan Sara. Pertama-tama, Tsukuru bertemu dengan Ao setelah 16 tahun berlalu akhirnya mereka diperjumpakan dalam keadaan yang sama sekali berbeda. Ao bekerja sebagai Sales Mobil.

Setelah berbasa-basi; Ao dengan jelas menggambarkan peristiwa 16 tahun lalu bagaimana mereka mulai mendepak Tsukuru dari kelompoknya. Ao mengatakan Shirolah yang mengawali itu semua.

Shiro bercerita mengenai bahwa ia diperkosa oleh Tsukuru di Apertemennya saat Shiro pergi ke Tokyo dan menginap di hotel Tsukuru. Dan cerita itu sangat detail diceritakan oleh Shiro pada Aka, Ao dan Kuro.

Dalam tekanan batin Shiro menceritakan semua yang terjadi malam itu. Hingga akhirnya ketiga sahabat karib itu percaya dan bersepakat untuk mendepak Tsukuru dari kelompoknya. Tsukuru kaget dan tak menyangka dengan cerita yang dibuat-buat itu. Namun semua telah terjadi.

Setelah Ao, Tsukuru menemui Aka dan cerita yang sama ia dapatkan dari Aka. Dan terkahir ia terbang ke Helsinki, Finlandia tempat kediaman Kuro.

Kuro menikah dengan laki-laki asal Finlandia. Setelah ziarah panjang ia lalui dengan cerita yang sama, namun di Kurolah Tsukuru menemukan cerita yang lebih detail mengenai keberadaan Shiro.

Shiro mati dengan jeratan di lehernya, namun seperti biasa, Murakami selalu menampilkan cerita yang tidak utuh dan membuat pembaca penasaran siapa yang memperkosa Shiro dan siapa yang membunhnya?

***

Lagi -lagi Murakami dengan piawai menulis sebuah cerita sunyi dan keterasingan yang selalu membuat pembaca ikut larut sedih oleh cerita yang dibuat. Ya, Murakami adalah penulis yang gemar menulis akhir cerita yang masih abu- abu.

Seperti yang pernah ia ungkapkan dalam wawancaranya "Saya sendiri karena menulis tidak tahu siapa pelakunya. Pembaca dan saya berada ditanah yang sama. Ketika saya menulis cerita saya tidak tahu kesimpulannya sama sekali dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika ada kasus pembunuhan sebagai hal pertama, saya tidak tahu siapa pembunuhnya. Saya menulis buku karena saya ingin mencari tahu. Jika saya tahu siapa pembunuhnya, tidak ada tujuan saya untuk menulis cerita".***

Sumber: Istimewa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun