Publik sepak bola nasional khususnya di Yogyakarta dan wilayah Jabodetabek akan segera dapat menyaksikan secara langsung penggawa Garuda U-18 berlaga di depan mata saat menjamu Timnas U-19 Iran.
Namun, dua laga Timnas U-18 versus Timnas Iran U-19.memang sempat menjadi pertanyaan publik. Sebab, Pasukan Fakhri Husaini ini, baru saja melakukan tugas negara di Piala AFF U-18 Vietnam.
Bahkan planning dan agenda sang pelatih  selepas dari Vietnam, akan meliburkan pemain dan baru kembali akan ada pemusatan latihan pada tanggal 25 September 2019. Itupun rencananya dipastikan akan ada seleksi untuk pemain baru.
Apa sebenarnya yang ada di kepala PSSI? Belum lagi Timnas U-18 tiba di tanah air. Lalu program pelatih juga akan meliburkan pemain dan baru akan ada pemusatan latihan kembali tanggal 25 September sebagai bagian dari persiapan menuju Kualifikasi Piala Asia U-19 2020 (6-10 November). Jelas bertentangan dengan agenda program pelatih.
Alih-alih berkoordinasi dan memastikan dulu dengan sang pelatih, PSSI justru telah merilis harga tiket dua laga sekaligus.
Pertama rilis harga tiket pada laga pertama di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta pada 4 September 2019, dan tiket pada laga kedua di Stadion Candrabhaga, Bekasi, 7 September 2019 yang lebih mahal, meski kedua laga adalah partai uji coba.
Apa yang ada di kepala PSSI? Apa hanya sekadar cari uang dan mengorbakan Timnas U-18 yang seharusnya ada program libur dan penyegaran/penambahan pemain?
Coba apa kata Fakhri Husaini kepada awak media mengapa uji coba harus tanggal 4 dan 7 September. Apakah pelatih sudah tahu?
"Nah saya tidak tahu, mungkin dari lobi-lobi yang dilakukan, Iran bisanya 4 September dan 7 September. 4 dan 7 itu sebenarnya tidak pas karena kami tidak berada dalam pemusatan latihan. Kami baru saja kembali (dari Vietnam)," kata Fakhri.
"Kami butuh waktu istirahat setidaknya enam minggu. Faktanya memang jadwal lawan Iran tidak bisa digeser. Jadi apa pun kondisinya kami akan menggunakan pertandingan ini untuk persiapan kami, minimal mengukur kekuatan melawan tim yang berbeda dari Timur Tengah," tuturnya melanjutkan.
Meski pelatih sudah memiliki dan memaparkan program dengan jelas, namun dalam kasus ini PSSI terkesan mengambil jalan sendiri, bahkan tidak komunikatif.