Saat sanksi itu jatuh, Djohar Arifin malah melakukan manuver, mengklaim bahwa dirinya masih Ketua Umum PSSI yang sah.
Djohar Arifin sempat mengirimkan surat kepada Presiden FIFA, Sepp Blatter.
Surat itu berbunyi agar FIFA tidak mengakui hasil Kongres Luar Biasa (KLB) yang berlangsung 18 April 2015 di Surabaya. Bukannya di bela dan dibenarkan, Djohar malah mendapat sanksi skorsing seumur hidup dari Komite Etik PSSI.Â
Setali tiga uang dengan Djohar, Edy Rahmayadi pun tak tuntas mengemban jabatan Ketua Umum PSSI hingga 2020, dan atas kondisi ini, jajaran pengurus PSSI di bawah Edy yang tersisa, karena sebagian yang lainnya sudah menjadi tersangka kasus mafia Bola, justru mencoba mempertahankan kedudukan dengan mencari pembelaan FIFA.
Buntutnya, Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 27 Juli 2019 yang seharusnya juga dilaksanakan 13 Juni 2019, disulap menjadi hanya memiliki tiga agenda utama, yakni revisi statuta PSSI, revisi Kode Pemilihan PSS, dan memilih anggota baru untuk Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP).
Sementara pemilihan ketua umum sengaja dibuat mendekati masa tuntas jabatan Edy pada tahun 2020, meski rencananya akan dihelat pada bulan Januari.
Akankah agenda KLB 27 Juli 2019 tidak akan berubah? Mungkinkah pemilihan ketua umum baru PSSI akan tetap di Januari? Bukan dimundurkan lagi di bulan Juni atau Juli 2019 misalnya.
Luar biasa, bila kita telusuri berbagai akal-akalan di rumah besar oraganisasi PSSI yang hanya ada di Indonesia ini.
Lalu, apakah perjuangan KPSN (Komisi Perubahan Sepakbola Nasional) sebagai organisasi independen akan ada pengaruh dan dampaknya kepada voter maupun PSSI demi perubahan sepak bola nasional?
Apakah akan muncul kandidat calon ketua umum baru yang penawaran program dan kualitasnya tidak sekadar bermain politik uang, yang belum apa-apa malah akan bagi-bagi uang subsidi?
Kita tunggu panggung sandiwara sepak bola di Indonesia ini. Akankah sejarah kelam terulang? Ataukah sejarah baru tercipta karena semua yang berniat membantu dan duduk di organisasi PSSI bukan sekadar memanfaatkan PSSI dan sepak bola nasional yang sungguh seksi demi untuk kepentingan pribadi dan golongannya, namun demi prestasi sepak bola nasional? Kita tunggu.
Seharusnya, bila sepak bola nasional tidak dibuat berliku, maka hari ini, 9 Juli 2019 sudah terpilih ketua umum PSSI yang baru.