Hal lain yang juga memprihatinkan, saat laga-laga berlangsung, adanya sikap tak mendidik dari para superter yang ternyata adalah orangtua dari para pemain tim yang bertanding. Suporter ini justru melakukan intimidasi kepada wasit dan tim lawan dengan  kata-kata kasar saat berlangsung laga semifinal kedua karena tim anak-anaknya kalah.
Apa yang dilakukan sebagian suporter orangtua ini malah setali tiga uang dengan perilaku pemain di lapangan yang menghasilkan 53 kartu kuning/merah. Sangat tidak pantas terjadi dalam sebuah event sepak bola pelajar.
Seharusnya bila ada perilaku suporter yang mengintimidasi cenderung berkata-kata kasar kepada wasit dan tim lawan, maka tugas wasit tengahlah yang mengambil keputusan dengan menghentikan pertandingan sementara, lalu meminta kepada panitia penyelenggara untuk menertibkan suporter.Â
Untuk itu dalam kualifikasi wilayah lain, atau bahkan dalam pertandingan sepak bola dengan tajuk apapun, apalagi bila laga mempeetandingkan pemain usia muda, persoalan suporter yang tidak terdidik juga wajib menjadi prioritas perhatian.
Hal yang saya prihatinkan juga, masih dalam konteks pertandingan semifinal tersebut, karena timnya kalah, ada orangtua yang sangat kecewa kepada pelatihnya yang salah memainkan komposisi pemain dan salah menempatkan anak-anak mereka di posisi yang tidak biasanya.
Tak sia-sia rasanya, saya sengaja meluangkan waktu mengintip babak kualifikasi Popwilda dari babak penyisihan hingga babak final di Stadion Arcamanik Bandung ini. Hasilnya sungguh melengkapi persoalan pembinaan sepak bola usia dini dan muda yang terus menjadi benang kusut.
Tadinya saya berpikir bahwa, pertandingan Popwilda, maka akan ada garansi pertandingan yang pemain dan suporternya terdidik. Namun, ternyata, jangankan di pertandingan sepak bola usia dini dan usia muda antar Sekolah Sepak bola (SSB), di pertandingan sepakbola pelajar saja masih seperti demikian.
Jadi mohon menjadi perhatian, bagi Dinas Pendidikan maupaun Disporyata setiap Kota/Kabupaten, kejadian tak terdidik di kualifikasi sepak bola Popwilda wilayah 1, wajib menjadi pembelajaran.
Libatkan tim pembina dan pelatih dari kalangan pendidik/akademisi, cermati TIPS pemain yang jelas-jelas pelajar dengan cerdas, dampingi suporter agar santun di stadion. Maka, sepak bola berlabel turnamen pelajar dapat menjadi teladan bagi turnamen-turnamen sepak bola usia dini dan muda lainnya.
Fokuslah pada pembinaan intelektual dan personaliti baik pemain maupun orangtua, maka di dalam lapangan pemain berlabel pelajar akan cerdas berpikir dan cerdas mental/emosi. Pun sama halnya bagi suporter orangtua, akan santun dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Aamiin.
*Supartono JW.Pengamat sepakbola nasional, pengamat pendidikan nasional, dan sosial.