Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menunggu Saat Semua Mafia Sepak Bola Tertangkap

21 Februari 2019   08:58 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola nasional sudah bobrok dari "dulu". Barangkali kata "dulu" ini dapat diricek kepada sosok-sosok mafia yang tidak pernah tersentuh dan tertangkap oleh Satgas Antimafia Sepak Bola. Sebab, Satgas baru di bentuk tahun 2018.Menjadi tersangkanya Joko Driyono, sang Plt Ketua Umum PSSI bergabung dengan belasan tersangka lain.
Lalu, hasil singkap tabir tentang permafiaan sepakbola nasional dalam acara Mata Najwa jilid 4, semakin membukakan mata pada publik sepakbola nasional, bahwa organisasi yang mengurus sepakbola dan para pelaku sepakbolanya sudah menjadi simbiosis mutualis. Saling memberi keuntungan.

Sudah begitu, PSSI dilindungi oleh statuta FIFA dan tidak boleh disentuh atau dicampuri pihak lain. Terlebih campurtangan pemerintah. Jadi, sepakbola nasional dan sepakbola dunia di bawah FIFA sejatinya adalah kerjaan dunia yang kebal terhadap intervensi.

Antas kondisi kebal dan tak dapat diintervensi inilah, maka bisa jadi, PSSI dan stakeholder terkait, selama ini menjadi tempat dan sarang mafia yang simbiosis mutualis itu.

Atas tersingkapnya tabir mafia sepkbola, di Liga 1, Liga 2, dan sebelumnya di Liga 3, serta mafia juga malah ada dan dikendalikan oleh pengurus PSSI sendiri, maka, sepakbola nasional benar-benar dalam kondisi darurat.

Bisa jadi sekarang, seluruh pemilik/manajer seluruh klub Liga Indonesia khususnya Liga 1, 2, dan 3 sedang ketar-ketir sebab akan segera ditangkap Satgas.

Untuk itu Satgas memang harus bertindak cepat. Tidak perlu takut dianggap intervensi. Malah FIFA harus tahu bahwa sepakbola nasional yang bobrok ini terjadi karena para pengurus PSSI sendiri yang menjadi sutradara pengaturan skor dan lainnya.

Mungkin publik sepakbola nasional juga bingung, kok para voters terkesan diam tidak menggebu dan menggelora menuntut KLB. Malah rencana KLB dihembuskan oleh PSSI yang boleh dibilang sedang kolep.

Ada apa dengan para voters? Apa mereka juga sedang bersiap melarikan diri dari simbiosi mutualis yang sudah diendus Satgas Antimafia Sepak Bola?

Tahun 2016, Kelompok 85, lebih dikenal dengan K85 adalah kumpulan para Voters yang menjadi ujung tombak menuntuk KLB. Sekarang mana para voters itu? Malah rencana  PSSI yang menggelar KLB pun kini semua terkesan diam.

Mungkin ada baiknya, tidak perlu bicara KLB dulu. Tunggu semua mafia ditangkap dan dibersihkan dari sepakbola nasional.

Ada calon Ketua Umum yang terus didengungkan oleh publik untuk menjabat, namun si calon bersedia menjadi Ketua bila PSSI dan sepakbola nasional sudah bersih dari mafia.

Ayo kita tunggu, semua mafia ditangkap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun