Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lupakan Myanmar, Kini Saatnya Bungkam Malaysia

19 Februari 2019   07:41 Diperbarui: 19 Februari 2019   23:05 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Media Bhayangkara FC

Di luar dugaan, dua tim favorit Grup B Piala AFF 2019 harus tertahan di laga perdana. Indonesia beruntung tidak kalah dan memaksa Myanmar bermain imbang 1-1 Sementara nasib apes menimpa Malaysia yang dicukur tuan rumah Kamboja 1-0.

Dari hasil ini, maka sementara Kamboja menjadi pemuncak klasemen, disusul Indonesia dan Myanmar. Sementara Malaysia harus sabar nangkring sebagai juru kunci.

Kira-kira apa yang menjadi sebab hingga Indonesia dan Malaysia yang difavoritkan lolos dari Grup B tertahan? Apakah karena lapangan sintetis? Atau memang lawannya yang kini sudah berkembang pesat? Atau karena Indonesia dan Malaysia sama-sama meremehkan lawan?

Bila sebabnya karena kondisi lapangan, rasanya tidak dapat dijadikan jawaban. Namun, dilihat dari jalannya laga dan sejarah sepak bola Asia Tenggara, maka jelas terlihat bahwa baik pemain Indonesia dan Malaysia terlalu percaya diri berlebihan.

Sehingga baru kaget ketika lawan-lawan ternyata bukan hanya mampu mengimbangi permainan, bahkan Indonesia hampir kalah bila tidak ada gol balasan dari hasil bola mati.

Bahkan, dalam laga terlihat jelas, lapangan tengah Indonesia kalah saing dari tim Myanmar. Lebih dari itu, Myanmar juga bermain lebih cerdas dan lebih cepat dibanding tim asuhan Indra Syafri.

Bisa jadi anak-anak muda ini berpikir akan mudah mengalahkan Myanmar karena dengan pemain yang hampir sama seperti yang terjadi di kompetisi U-18 tahun 2017, pasukan Indra dapat melumat Myanmar 7-1.

Tengok apa kata pelatih lawan usai laga. Pelatih Myanmar, Velizar Popov, menyebut timnas Indonesia sedikit arogan setelah kedua tim bermain imbang 1-1, pada laga pembuka Grup B Piala AFF U-22 2019 di Stadion Olimpyc, Phnom Penh, Kamboja. Karenanya Indonesia dibuat kesulitan oleh Myanmar hingga dibuat tertinggal 1-0. Beruntung Indonesia punya Rachmat Irianto, yang bisa menyamakan kedudukan setelah memaksimalkan kemelut setelah sepak pojok.

Mengapa Popov menyimpulkan pemain Indonesia arogan? Sesuai KBBI, makna arogan adalah sombong/congkak/angkuh.

Popov menambahkan "Di atas kertas, Indonesia dan Malaysia favorit, mereka tim terbaik di atas kertas. Tapi dalam pengalaman saya di sepak bola, tim terbaik bisa selesai setelah hasil laga pertama," ungkap Popov, selepas pertandingan.

"Di lapangan sebelas melawan sebelas, semua pemain punya dua kaki, bukan tiga, maka untuk saya tidak ada tim favorit di lapangan. Jika seseorang meremehkan kami maka mereka akan kesulitan. Indonesia sedikit arogan."

"Mereka meremehkan kami setelah pernah mengalahkan kami 1-7 di Myanmar. Ketika kami unggul 1-0, kami punya peluang untuk membuatnya menjadi 2-0, tapi inilah sepak bola, gol [Indonesia] lahir dari bola mati ketika kami dalam tekanan, lewat bola kedua muntahan, melalui titik yang tidak terkawal di pojok, hanya ketidakberuntungan untuk kami."

Apa yang diungkap Popov harus menjadi perhatian Indra dan pasukannya. Lupakan kemenangan Indonesia 7-1 atas Myanmar terjadi pada 2017, tepatnya di level U-18. Ketika itu timnas U-18 juga ditukangi oleh Indra Sjafridan rata-rata materi pemain saat itu sama dengan yang menghuni skuat U-22 saat ini.

Jadi, meski diunggulkan dan difavortikan, jangan sombong. Indra dan pasukannnya harus segera melupakan kisah ditahan Myanmar. Lawan berikut sudah menghadang Malaysia dan Kamboja.

Jangan lengah dan jangan lagi bermain seperti didikte lawan. Ingat, terpuruknya sepak bola nasional. Ingat event ini untuk apa!

Piala AFF U-22 2019 yang digelar di Kamboja pada 17 Februari hingga 2 Maret adalah sebagai persiapan menghadapi dua ajang kualifikasi di Asia. Turnamen U-22 ini merupakan yang pertama digelar Federasi Sepakbola Asia Tenggara (AFF). Karena sebelumnya, AFF hanya menggelar turnamen untuk kelompok usia senior, U-19 dan U-16.

Sejatinya, AFF pernah menggelar turnamen U-23 yang terakhir kali diselenggarakan pada 2005. Saat itu, Thailand tampil sebagai juara dengan mengalahkan Singapura 3-0.

Seperti dilansir FederasiSepakbola Vietnam (VFF), Piala AFF U-22 ini digelar sebagai persiapan tim-tim asal Asia Tenggara sebelum menjalani pertandingan kualifikasi Piala Asia U23 2020 yang digelar pada 15-23 Juli 2019. Ajang ini juga sekaligus dianggap sebagai babak penyisihan Olimpiade 2020 untuk mewakili benua Asia.

Ayo sadari betapa penting event ini. Tunjukkan Timnas U-22 bisa, tidak arogan. Raih prestasi di sini, lalu Piala Asia U-23 dan Olimpiade.

Untuk itu di Piala AFF U-22 ini, lanjutkan bungkam Malysia. Kandaskan Kamboja demi lolos ke babak berikutnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun