Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jangan Jadikan Kongres PSSI Tempat Sandiwara!

15 Januari 2019   18:23 Diperbarui: 20 Januari 2019   13:08 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kongres PSSI tinggal hitungan hari, namun publik sepak bola nasional semakin gelisah atas apa yang akan terjadi di Kongres nanti. Sementara hanya dari satu pintu laporan Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indaryani, terbaru, kasus pengaturan skor di Liga Indonesia telah menyeret total 10 tersangka yang ditetapkan oleh Satgas Antimafia Bola.

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Media Satgas Antimafia Bola Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019) malam. Kombes Argo Yuwono menyatakan ada tambahan lima tersangka dalam kasus pengaturan skor.

Adanya tambahan lima tersangka, kini total ada 10 tersangka yang telah ditetapkan penyidik Satgas Antimafia Bola dalam kasus pengaturan skor Liga Indonesia. Sebelumnya telah ditetapkan tersangka pengatur skor yaitu wasit N, anggota Komite Eksekutif PSSI sekaligus Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Tengah Johar Ling Eng, mantan anggota Komite Wasit PSSI Priyanto beserta anaknya Anik Yuni Sari, dan yang terbaru anggota Komisi Disiplin PSSI (nonaktif) Dwi Irianto alias Mbah Putih. Sementara, lima tersangka baru nama-namanya belum didapat dipublikasikan.

Bagaimana bila semua Manajer Sepak bola Anggota PSSI dari Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan seterusnya mau jujur seperti Lasmi? Hanya dari pintu kejujuran Lasmi saja, dalam tempo singkat, Satgas Antimafia Bola telah menetapkan 10 tersangka. Luar biasa.

Publik sepak bola nasional, sejatinya telah mahfum dan memahami permainan model pengaturan skor dan penyutradaraan lainnya dalam sepak bola nasional. Karenanya, publik sepak bola nasional sangat berharap agar Organsiasi PSSI harus bersih dari personal-personal yang kini bercokol di PSSI.

Setali tiga uang, publik sepak bola nasional juga sangat berharap agar Organisasi PSSI di daerah, yaitu Asosiasi PSSI Provinsi (Asprov) yang secara otomatis memiliki suara sebagai voters, pun bersih dari personal-personal yang memanfaatkan kepengurusannya demi kepentingan pribadi dan golongannya hingga kepentingan politik, dan dapat dikendalikan oleh personal-personal di PSSI Pusat.

bola.com
bola.com
Selain personal pengurus di PSSI Pusat, Personal pengurus di Asprov, publik juga sangat memerhatikan para pengelola klub Liga 1, Liga 2, Liga 4, dan wasit yang juga memiliki hak suara sebagai voters di PSSI, sebab selama ini para voters inilah yang mengendalikan sepak bola nasional melalui Kongres, namun merekapun sangat rentan disutradari oleh berbagai kepentingan.

Sebagai fakta, 10 tersangka yang kini ditetapkan oleh Satgas Antimafia Bola, adalah personal-personal yang dimaksud. Dengan demikian bila tidak ada pengawasan independen dari instansi/lembaga/publik sepak bola nasional/media hingga  Satgas Antimafia Bola dalam Kongres PSSI yang tinggal beberapa hari lagi, maka, bisa jadi Kongres hanya akan menjadi ajang dagelan dan penyutradaraan baru untuk kepentingan para voters dan pengurus PSSI.

Meski dilindungi statuta, para voters harus memiliki hati nurani. Bila sepak bola nasional mau bangkit, maka salah satu usulan dari Ganesport Institute, yang juga diamini publik sepak bola nasional, maka voters harus memperjuangakan lahirnya statuta baru tentang voters PSSI.

Voters yang selama ini hanya terdiri dari 34 Asprov, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, 8 klub Liga 4, serta 4 asosiasi (futsal, sepak bola wanita, wasit, dan pelatih), harus ada keseimbangan dan perubahan menjadi Asprov + Klub Profesional + Klub Liga Amatir sebesar 60 persen, dan Standing Committee + Suporter + SSB + Universitas sebesar 40 persen.

Bila usulan tentang perubahan keseimbangan suara/voters belum teragenda di Kongres, maka menjadi tugas voters yang sekarang masih berlaku sesuai statuta untuk menyuarakan keinginan publik, bila sepak bola nasional mau maju, berprestasi, dan bersih dari berbagai mafia karena adanya keseimbangan voters akan menggaransi PSSI menjadi gerbong sepak bola nasional yang bersih.

Ayo para Manajer sepak bola nasional, berani, jujur, dan terbukalah seperti Lasmi dari Banjarnegara. Bongkar semua kecurangan sepak bola nasional. Bersihkan sepak bola dari mafia. Saatnya pula pengurus PSSI diganti. 

Jadikan Kongres ajang perbaikan dan pembersihan sepakbola nasional dari mafia dan sejenisnya. Ayo publik sepakbola nasional, pengamat, media, awasi Kongres! Jangan sampai Kongres PSSI hanya tempat dagelan dan sandiwara serta penyutradaraan mereka yang memiliki kepentingan pribadi dan golongan/kelompok/politik. Jangan sampai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun