Membaca artikel tentang PSSI akan mengawal ketat dan membimbing timnas U-16 atas keberhasilannya menjuara Piala AFF U-16 tahun 2018, sungguh saya bangga sekaligus geli.
Bangga karena mengawal dan membimbing memang kewajban dan tugas PSSI sebagai bapaknya timnas. Jadi tugas mengawal dan membimbing, tanpa perlu bicara, memang itu sudah program PSSI.
Geli? Ya, kata-kata mengawal dan membimbing bagi saya sungguh menggelikan. Ke mana saja selama ini PSSI? Kemarin saat turnamen AFF berlangsung, ada pengurus PSSI yang bilang, masyarakat jangan membebani timnas PSSI. Biarkan mereka berkembang dalam usia pembinaan.Â
Kini, Â setelah U-16 juara, Sang Ketua justru dengan lantang bicara bahwa David Maulana dan kawan-kawan adalah wujud kerja keras PSSI dalam menghasilkan bibit terbaik dalam sepak bola.
Luar biasa menggelikan. Saya tahu persis perjalanan pemain timnas U-16 dalam kompetisi swasta yang ketat. Bukan kompetisi PSSI.
Edy pun mengakui bahwa mereka telah dikawal sejak umur 14 tahun. Dari mana cerita itu?
Kerja keras swasta dan orang tua
Seharusnya PSSI malu kepada pihak swasta dan para orang tua yang telah bahu membahu membina dan membiaya mereka berkompetisi.
Sebagian besar pemain timnas U-16 telah kenyang berkompetisi sejak mereka di bawah usia 12 dengan label kompetisi Indonesia Junior Soccer Leauge. Lalu, di usia 13 dan 16 tahun berkompetisi di Liga TopSkor, serta saat usia 14 tahun bergelut di Liga Kompas.
Inilah budaya yang masih sangat kental di Indonesia. Tidak mau susah payah, tapi mau hasil yang baik. Masa tidak menanam, tapi maunya memetik.
Ayo PSSI, jangan gemar mengurus kompetisi yang menghasilkan duit. Mengawal dan membimbing itu pekerjaan mudah. Swastapun bisa urus itu.
Bila PSSI dan Kemenpora akan memberikan bonus kepada timnas, bukankah itu juga sudah merupakan kewajiban. Bapak Presiden pun, yang biasanya menyampaikan ucapan, karena sibuk urusan pencalonan, lupa mengapresiasi timnas U-16.
Jadi, untuk PSSI jangan ribut setelah ada prestasi. Kemenpora yang juga gemar merecoki kompetisi usia muda, jangan kebakaran jenggot setelah menolak proposal U-16.
Kompetisi yang dikelola swasta, kini telah memberikan bukti bahwa hasil pembinaannya telah mampu menjungkalkan semua negara kuat Asia Tenggara. Tidak terbayang, bila PSSI telah punya kompetisi berjenjang seperti IJSL, IJL, Liga Kompas, dan Liga TopSkor. Padahal PSSI punya Asprov, Askab, dan Askot.
Sekali lagi, mengawal, membimbing, memberikan bonus, memang tanggungjawab Anda PSSI kepada seluruh kelompok timnas. Tetapi, ingat, ada pelerjaan sebelum mengawal, membimbing, dan memberikan bonus. Dia adalah pembinaan dan kompetisi berjenjang yang Anda bikin mati suri.
Untuk timnas U-16, jangan jemawa, ada tugas Piala Asia yang dapat mengantar kalian ke Piala Dunia U-17. Untuk pihak swasta yang telah mendukung mereka, tetaplah legawa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H