Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

FIFA Menghukum Wasit Seumur Hidup, PSSI?

26 Mei 2018   13:55 Diperbarui: 26 Mei 2018   19:05 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bolasport.com

Sedih rasanya, membaca argumentasi Joko Driyono "Sekali lagi saya hanya sharing dan seakan menunggu kapan wasit itu dihukum. Kalau moral kita begitu, almarhum lah sepak bola ini. 

Jadi pastikan keputusan wasit tidak diganggu gugat," ucap Joko kepada pewarta di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2018). Selanjutnya Joko menambahkan, "dari pada dihukum, wasit lebih baik diberikan pembinaan demi menambah kualitasnya dalam menjalankan tugas." Komentar Joko itu persis setelah pekan pertama Liga 1 bergulir.

Di pekan-pekan berikutnya, kasus wasitpun terus bergulir, hingga akhirya di pekan ke-9 publik sepakbola ramai membicarakan wasit yang mengesahkan gol "Tangan Tuhan Diego Assis". Sementara baik suporter di Stadion maupun pemirsa televisi di rumah menyaksikan saat hakim garis mengangkat bendera, namun wasit tetap bergeming dengan keputusannya.

Persija pun melayangkan protes. Apa jawaban Ibu Sekjen PSSI? "Kami tidak bisa menanggapi suratnya. Karena kita tahu membuat protes hal yang tidak bisa diprotes, itu tidak bisa. Tetapi, PSSI memastikan tanpa harus adanya protes atau pun suara dari publik atau masyarakat, atau pun klub bersangkutan, setiap pekannya kita secara reguler akan mengevaluasi wasit,"

Masih pembelaan Ibu Sekjen," PSSI melakukan evaluasi itu secara rutin. Contohnya minggu ini ada evaluasi menyeluruh selama satu pekan, dari Senin sampai Jumat ini untuk mengevaluasi wasit-wasit yang memimpin laga dari pekan pertama hingga pekan kesembilan, sebelum memasuki pertandingan pekan kesepuluh. Jadi PSSI memiliki catatan-catan tersendiri," jelasnya.

Sekjen juga masih menambahkan bahwa  PSSI bakal berusaha semaksimal mungkin dalam mengevaluasi kinerja wasit. Menurutnya, dalam mengevaluasi wasit, PSSI diawasi oleh Asosasi Sepakbola Jepang (JFA).

"Pertama, Direktur Teknik Wasit PSSI. Kedua oleh aksesor yang ada di lapangan. Kemudian laporan ini akan dikirim ke JFA untuk dinilai mereka dan dikembalikan ke PSSI. Jadi, ada tiga referensi dalam penilaian wasit," tambahnya.

Ringkas cerita, PSSI memang mengharamkan wasit dihukum. Menurut PSSI wasit hanya perlu dibina. Bila ada wasit yang bermasalah, sederhana sekali penangannya, hanya dengan mengurangi jatah tugas wasit memimpin pertandingan. Simpel sekali.

Tapi menyangkut pemain, pelatih/ofisial tim, serta suporter, PSSI dengan Komdisnya gemar sekali menjatuhkan hukuman plus denda yang bernama uang.

Bahkan terbaru, Persipura pun meradang dengan hukuman denda 100 juta gara-gara memprotes keputusan wasit. Akhirnya menyidir bahwa PSSI sedang mencari modal untuk mendukung Pak Edi nyalon Pilgub. Sementara di pekan-pekan sebelumnya, klub-klub yang memprotes keputusan wasit hanya dikenai teguran, bukan hukuman apalagi denda.

PSSI, Pak Joko, Mba Tisha yang baik, apakah melarang menghukum wasit itu karena perintah Asosasi Sepakbola Jepang (JFA)? Lalu menghukum dan memberikan denda uang  kepada pemain, pelatih/ofisial tim, serta suporter itu perintah siapa? Maunya siapa?

Persoalan hukuman dan denda Komdis yang terus menuai masalah serta masalah wasit yang terus menggelinding, seolah masuk telinga kiri dan masuk telinga kanan Anda-Anda semua di PSSI.

Bahkan, publik pecinta sepakbola nasional yang turut bersuara di berbagai media pun kalian anggap angin lalu?

Wahai PSSI, coba apa komentar Anda, dengan fakta berikut:

Wasit asal Ghana, Joseph Lamptey, dihukum seumur hidup oleh FIFA dan keputusannya diperkuat oleh CAS akibat membuat keputusan kontroversialnya pada laga Afsel vs Senegal, 12 November 2016, karena menghadiahi Afsel dengan sebuah penalti atas handball Kalidou Koulibaly. Tapi, tayangan ulang menunjukkan bahwa bola sebenarnya mengenai lutut Koulibaly.

Coba apa analogi dari keputusan Lampety dengan wasit "A" yang menghadiahi Persela gol "Tangan Tuhan", sementara tidak perlu memakai hasil tayang ulang, Sang hakim garis telah mengangkat bendera?

Mau terus begini sepakbola Indonesia, PSSI? Haram menghukum wasit? Halal menghukum yang lain!

Antara panggung dan dunia nyata, kini semakin sulit membedakannya. 

Serupa, penuh sandiwara.

#takutkehilanganyangbukanmilik

(Supartono JW.24052018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun