Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Anniversary Cup" Penyembuh Melemahnya Rasa Percaya pada "Mereka"

27 April 2018   09:17 Diperbarui: 27 April 2018   09:54 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anniversary Cup 2018 tinggal hitungan jam lagi bergulir. Turnamen dalam rangka HUT PSSI ke-88 yang tidak masuk kalender resmi FIFA ini dalam prosesnya memang tidak semulus yang diharapkan. Padahal inilah  event internasional terakhir untuk menguji timnas U-23 sebelum berlaga di Asian Games 2018.

Regulasi

Rontoknya Malaysia sebagai peserta sama halnya dengan polemik klub Liga 1 yang keberatan melepas pemainnya ke timnas gara-gara jasa pemain pada saat yang sama juga krusial dibutuhkan klub yang bersaing mengejar poin. Ini karena regulasi.

Di luar persoalan Anniversary Cup, Liga 1 yang baru memainkan pertandingan pekan ke-5 juga pun penuh dengan persoalan hingga Komdis PSSI telah beberapa kali menyidangkan beberapa kasus. Hasil sidang Komdispun tak pelak ada yang menimbulkan kontroversi dan anggapan masih adanya campur tangan pengurus PSSI yang memiliki kepentingan terhadap beberapa klub sehingga hukuman dianggap tidak obyektif. Anggapan ini sah-sah saja dengan membandingkan hukuman pada kasus-kasus sepadan lainnya, namun sanki ada yang berat dan ada yang ringan.

Plt Ketum?

Saat berbagai persoalan melanda Liga 1, persiapan Anniversary Cup, publik nasional juga terhenyak dengan respon negatif suporter kepada Plt Ketua Umum PSSI. Tragisnya, respon negatif kepada pengganti orang nomor 1 di PSSI saat ini, di lakukan oleh satu di antara suporter fanatik di Indonesia, yang bisa saja mereprestasikan kondisi sebenarnya, bahwa publik sepakbola nasional sudah gerah dengan PSSI dan individu yang menakodainya.

Piala Indonesia?

Seperti tidak memahami situasi dan kondisi serta pembuatan program sepakbola yang memaksakan kehendak, PSSI di bawah individu tersebut pun tetap memaksakan gelaran Piala Indonesia yang bahkan telah memastikan tanggal kick-off, namun belum mendapat kepastian apakah AFC akan mengakomodir juara Piala Indonsia akan turut berpentas di kejuaraan klub AFC. Bahkan, untuk kepastiannya, PSSI baru akan berkomunikasi, namun Piala Indonesia sudah dipastikan digelar, diikuti oleh sekian ratus klub dari semua kasta (Liga 1, 2, dan 3) plus janji akan uang-uang yang akan diterima setiap klub dari babak awal hingga akhir.

Dua PSSI di Indonesia

Hebatnya PSSI. Gemar dan menggebu mengurus program kegiatan yang berbasis uang. Namun, bicara regenarasi, sepakbola akar rumput (usia dini dan muda) selalu dipinggirkan, hingga kepanjangan tangannya di Kota, Kabupaten, 34 Provinsi mati suri. Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Kemenpora yang kini juga menjadi organisasi PSSI di Indonesia, karena berhasil menjalanakan kompetisi berjenjang di 34 provinsi Indonesia dengan peserta Sekolah Sepakbola (SSB).  Publik sepakbola nasional kini tahu, PSSI dan Kemenpora adalah organisasi sepakbola.

Kasus seperti air

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun