Kericuhan suporter sepakbola di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu (15/4/2018) saat Arema FC meladeni Persib Bandung dalam lanjutan Kompetisi Liga 1 PSSI pekan ke-4, menjadi bukti betapa mendesaknya PSSI dan stakeholder terkait mengedukasi suporter sepakbola nasional secara masif dan terprogram.
Sebelumnya, Jumat  (13/4/2018) di Solo, seorang Bonek harus meregang nyawa karena tawuran dengan suporter Persis Solo saat para Bonek melintas Kota Solo dalam perjalanan pulang usai mendukung Persebaya Surabaya memecundangi PS Tira di Stadion Bantul.
Bila di telisik lagi, tengok apa yang dihasilkan oleh Sidang Komite Disiplin PSSI pada  Selasa 3 April 2018. Dari 6 sidang yang digelar, 4 di antaranya menyoal ulah suporter.
Pertama, suporter Persib Bandung yang menyalakan flare dan smoke bomb serta pelemparan botol saat menjamu PS Tira pada 26 Meret 2018. Hasilnya Komidis menyanksi denda Panpel Persib 100.000.000 rupiah.
Kedua, pada pertandingan PS Barito Putera vs Persipura Jayapura tanggal 31 Maret 2018. Jenis pelanggaran, salah satu suporter masuk ke shuttle ban dan memicu keributan dan mendapatkan sanksi teguran keras.
Ketiga, di pertandingan PSMS Medan vs Bhayangkara FC tanggal 31 Maret 2018, suporter melakukan pelemparan botol. Komdis menyanksi denda Panpel PSMS Rp. 30.000.000.
Keempat, masih dalam laga  PSMS Medan vs Bhayangkara FC tanggal 31 Maret 2018. Suporter melakukan pelemparan botol ke bench Bhayangkara FC. Panpel  gagal memberikan rasa aman dan nyaman, maka  di sanksi teguran keras.
Berikutnya Hasil Sidang Komite Disiplin PSSI Â pada Rabu 11 April 2018. Dari 10 kasus yang disidangkan, ada dua kasus menyoal suporter. Pertama, saat pertandingan: Bali United vs Perseru Serui pada tanggal 7 April 2018. Suporter melakukan pelemparan botol dan Menyalakan api. Komdis memberikan sanksi Denda Rp. 80.000.000,-
Kedua, dalam pertandingan Persib Bandung vs Mitra Kukar tanggal 8 April 2018. Bobotoh kembali melakukan pelemparan botol, dan Panpel di sanksi denda 45.000.000 rupiah.
Harusnya dicegah!
Peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh suporter, bila hanya dihitung dari kasus terbaru di Malang, kemudian mundur ke meninggalnya Bonek di Solo, kemudian dari hasil sidang Komdis PSSI 3 dan 11 April 2018, jelas sangat mendeskripsikan bahwa suporter sepakbola nasional benar-benar butuh bantuan edukasi!
Sebelum Liga 1 berputar, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) telah menjadi korban dari suporter yang tidak etis dan anarkis. Namun, karena SUGBK ada di Ibu Kota Jakarta, maka suporter Persija Jakarta, justru kini menjadi penjaga SUGBK dari tindakan suporter yang tidak etis dan anarikis.
Meski sebelumnya suporter persija sempat berbuat anarkis akibat gagal mendapat tiket saat partai final Piala Presiden, namun hingga pekan ke-4 Liga 1 bergulir, SUGBK aman dan terjaga oleh Jak Mania.
Namun, Liga 1 nyatanya bukan hanya hadir di SUGBK dan Jak Mania dapat menjadi contoh untuk suporter seluruh klub di Indonesia. Kesadaran akan pentingnya arti sportivitas olahraga, sikap santun, etis, dan jauh dari anarkis, ternyata lebih menguntungkan semua pihak. Pengelola SUGBK percaya kepada Persija karena suporternya justru malah ikut menjaga aset SUGBK yang bukan hanya menjadi home base Persija, namun menjadi kebanggaan Nasional. Sadar SUGBK adalah cagar Budaya.
Apakah suporter klub lain menyadari akan pentingnya sikap etis dan jauh dari anarkis yang justru akan memberikan manfaat, seperti yang kini dipertunjukkan oleh Jak Mania menjaga Persija tetap tampil di kandang dan SUGBK pun aman terkendali karena menjadi suporter yang santun, baik tim yang didukung menang maupun kalah.
Ayo PSSI gandeng stakeholder terkait, lakukan program terstrukur dan masif untuk edukasi suporter sepakbola nasional, sebelum Liga 2, 3, Piala Indonesia bergulir. Terlebih Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games, Piala Asia, Piala AFF dll.Â
PSSI, contohlah  PPKGBK!
Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) telah memulai merintis program edukasi suporter, kala SUGBK diperlakukan tidak etis dan anarkis. Namun, apa kepentingan PPKGBK bila harus menangani sikap tidak etis dan anarkis suporter sepakbola nasional.
PSSI dan stakeholder terkaitlah yang lebih berwenang menangani suporter sepakbola  nasional. PSSI memutar Liga, mendapat sponsor. Sponsor mau mendukung, karena pangsa jualan produknya adalah para suporter. Jadi siapa diuntungkan dan siapa yang dirugikan bila suporter yang menjadi aset utama selalu menjadi kambing hitam persoalan mereka bersikap tidak etis dan berbuat anarkis!
Jangan salahkan suporter! Karena untuk menjadi suporter tidak ada bangku sekolahnya. Saat suporter berada di stadion berbaur menjadi satu dan berjersey sama karena mendukung tim yang sama. Siapa suporter yang dapat menjamin bahwa teman-teman suporter yang berjersey sama tidak akan rusuh!
Banyak suporter yang terdidik secara akademis, yang seringkali mengingatkan rekan suporter lain yang belum terdidik secara akademis di bangku sekolah karena berbuat ulah. Namun, nyatanya suporter yang terdidikpun justru malah yang sering kali memicu adanya sikap anarkis karena tidak dapat mengendalikan diri secara intelegensi dan personaliti!
Program Edukasi Suporter Sepakbola Nasional
PSSI, Saya telah merumuskan dan menulis Buku Program Edukasi Suporter Sepakbol Indonesia, dan telah di diskusikan bersama pihak PPKGBK saat SUGBK terkena imbas sikap tidak etis suporter tatkala timnas meladeni Islandia sekaligus peresmian SUGBK oleh Presiden Jokowi. Silakan Program yang sudah saya tulis dimanfaatkan, bila dibutuhkan.
Atau PSSI dengan Komdisnya tetap mau memilih senang menggelar sidang menyoal suporter yang lebih menghasilakan uang karena ada sanksi denda?
Bayangkan, hanya dalam dua kali sidang saja, tanggal 3 dan 11 April 2018 Komdis PSSI, telah berhasil meraup hampir setengah miliar. Tepatnya mendapatkan uang dari denda sidang tanggal 3 sebesar Rp 140.000.000 dan pada tanggal 11 kembali mengantongi pundi-pundi denda sebesar Rp 300.000.000.-
Saya yakin, PSSI tentu akan lebih memilih dengan tidak membiarkan kondisi suporter Indonesia selalu berbuat anarkis dan PSSI tidak perlu mengantongi uang dari denda karena lebih memilih mencegah dan menghentikan suporter berbuat tidak etis dan anarkis, dengan melakukan program terstruktur dan masif menyoal EDUKASI SUPORTER yang sangat mendesak!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H