Sepakbola nasional kian berkembang dan sudah menjadi industri, berkontribusi menghasilkan sandang, pangan, dan papan bagi para pelaku dan stakeholderterkait. Ajang pemanasan Liga 1, Piala Presiden edisi ke-3 tahun ini, menjadi bukti dan tolok ukur akan kemajuan ini. Rating televisi tinggi, suporter selalu memenuhi stadion, dan rakyat kecil kecipratan rizki.
Nasi sudah menjadi bubur
Bukti maju dan berkembangnya sepakbola nasional dengan pekerjaan rumah yang menumpuk hingga harus dipikirkan dalam waktu 24 jam sehari, memang sangat riskan dikerjakan oleh para karataker PSSI. Isitlahnya, kini apa yang terjadi untuk PSSI, nasi sudah menjadi bubur. Memang Edy baru cuti, tetapi bila Edy terpilih menjadi gubernur, jabatan Ketua Umum PSSI otomatis harus dilepas. Dengan ngototnya Edy tetap menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, lalu mengambil pilihan cuti untuk mengikuti proses Pilkada, apakah mengisyaratkan Edy hanya coba-coba mencalonkan diri sebagai gubenur? Untuk mengukur diri? Lalu bila tidak  terpilih akan kembali ke meja PSSI?Â
Bila Edy ternyata benar-benar terpilih, bukankah jabatan Ketua Umum PSSI wajib dilepas karena ada peraturan yang melarang pejabat daerah rangkap jabatan? Hanya Edy yang tahu maksud hatinya. Nantinya, usai Pilkada, bila terpilih, Edy juga yang tentu akan merasakan dilematisnya.
Tapi mengapa sebelum ini terjadi semua diam? Bungkam?