Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dilematis Edy Rahmayadi, PSSI atau Gubernur?

14 Februari 2018   23:32 Diperbarui: 16 Februari 2018   06:11 2999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Rahmayadi (NUGYASA LAKSAMANA/KOMPAS.com)

Sepakbola nasional kian berkembang dan sudah menjadi industri, berkontribusi menghasilkan sandang, pangan, dan papan bagi para pelaku dan stakeholderterkait. Ajang pemanasan Liga 1, Piala Presiden edisi ke-3 tahun ini, menjadi bukti dan tolok ukur akan kemajuan ini. Rating televisi tinggi, suporter selalu memenuhi stadion, dan rakyat kecil kecipratan rizki.

Nasi sudah menjadi bubur

Bukti maju dan berkembangnya sepakbola nasional dengan pekerjaan rumah yang menumpuk hingga harus dipikirkan dalam waktu 24 jam sehari, memang sangat riskan dikerjakan oleh para karataker PSSI. Isitlahnya, kini apa yang terjadi untuk PSSI, nasi sudah menjadi bubur. Memang Edy baru cuti, tetapi bila Edy terpilih menjadi gubernur, jabatan Ketua Umum PSSI otomatis harus dilepas. Dengan ngototnya Edy tetap menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, lalu mengambil pilihan cuti untuk mengikuti proses Pilkada, apakah mengisyaratkan Edy hanya coba-coba mencalonkan diri sebagai gubenur? Untuk mengukur diri? Lalu bila tidak  terpilih akan kembali ke meja PSSI? 

Bila Edy ternyata benar-benar terpilih, bukankah jabatan Ketua Umum PSSI wajib dilepas karena ada peraturan yang melarang pejabat daerah rangkap jabatan? Hanya Edy yang tahu maksud hatinya. Nantinya, usai Pilkada, bila terpilih, Edy juga yang tentu akan merasakan dilematisnya.

Tapi mengapa sebelum ini terjadi semua diam? Bungkam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun