POTRET buram kaliku. Sudah sedari hulu Kali Cipakancilan di Pintu Air  Cisadane di kawasan Empang. Kali Cipakancilan mengalir melewati Paledang, Merdeka, Kebon Pedes, Kedungbadak dan Sukaresmi di Kota Bogor luluh lantak nyaris tanpa sentuhan kasih sayang. Sungguh. Manusia telah lama memperkosanya. Dan manusia yang lainnya membiarkan ini terus terjadi. Kemudian masuk di Kabupaten Bogor di Cilebut Barat.
Aroma tak sedap dari sampah bercampur cairan yang dibuang dari rumah lewat pipa-pipa paralon semakin memburam.Hingga akhirnya sakit kepala. Harus dari mana memulainya ketika daerah aliran sungai terlanjur padat dengan bangunan tempat tinggal, minim kesadaran pengelolaan sampah dan limbah. Rumah tinggal merangsek pada tebing kali, hingga tepinya. Mungkin ada niat juga untuk menutup alirannya.
Kali yang dulu untuk irigasi pertanian, lahan pertanian habis untuk pemukiman, kali tidak lagi sebagai kebutuhan, tapi dijadikan obyek penderitaan. Coba lihat. Setiap ada kali atau saluran irigasi. Bangunan pasti membelakanginya. Tidak usah mengintip. Lihat saja langsung ke lokasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H