Menyusuri Sungai Ciliwung bagi saya adalah hal baru dan menarik. Dengan ini saya dapat merekam bersama-sama dengan tim yang akan ikut. Karena dari sana, saya dapat mendapatkan pengalamam yang belum pernah dapatkan selama ini. Oh ya, selama ini, sejak bulan November 2016, saya ikut kegiatan relawan Komunitas Peduli Ciliwung. Selama kurun waktu itu, saya ikut memulung sampah dari dalam dan sekitar sungai. Mulai dari titik nol kilometer di Kelurahan Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor. Bendung Katulampa, Pulo Geulis, Jembatan Jalak Harupat, Jembatan Lebak Kantin dan Tanah Sareal di Kota Bogor.
Sabar. Saya akan ceritakan pengalaman saya ikut menyusuri Sungai Ciliwung bersama 8 orang. Termasuk saya.
Meeting point yang disepakati adalah di salah satu gerai roti yang cukup dikenal. Namun, rupanya gerai ini di sekitar Sukasari ada dua. Sementara, pemandu ekspedisi ini, Kang Entis menunggu di tempat yang bukan kami maksud. Jiahhh... Akhirnya kami dengan sukaria di Sukasari jalan ke tempat yang dimaksud Kang Entis.
Perjalanan kami sekitar 10 menit sampai. Waktu itu sudah jam 08.46. Tak membuang waktu, tim bersepakat langsung bergerak. Waktu berjalan kaki diisi dengan bercanda dan informasi mengenai rute yang akan dilewati. Tim yang berjumlah 8 orang melewati jalan depan kantor Kelurahan Sukasari, permukiman cukup padat penduduk. Tak berselang lama kami tiba di sungai. Waktu menunjukan jam 09.00.
Jleb... Perasaan takjub dan sedih campur aduk. Kami dihadapkan pada suatu kenyataan yang jauh dari harapan yang selama ini kami perjuangkan. Saya sempat 'baper'. Sampah berlimpah dan mudah dijumpai. Tak jauh dari titik awal ekspedisi, kami menjumpai sekitar 12 keramba sungai. Dari jumlah itu yang masih ada ikannya hanya dua buah saja. Sisanya berisi pasir dan sebagian sampah. Bahkan satu di antaranya menjadi tempat membakar sampah.
Bogorr, 15 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H