Mohon tunggu...
Su Parmin
Su Parmin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

RAMAH HUMORIS CERIA PENYAYANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sajadah Lusuh Gayatri

30 Desember 2014   05:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kang Saidi, terima kasih. Gayatri mecintai Kang Saidi” Pagi itu Gayatri tersenyum padaku. Dia menyiapkan teh hangat buatku. Namun aku tetap acuh dengan kejadian tadi malam. Seakan tidak pernah tejadi apa-apa. Hingga dua bulan kemudian Gayatri mengatakan sangat bahagia. Gayatri, sedang mengandung anaku yang berusia tiga bulan.

****

Pagi ini aku bergegas pulang kemudian minta maaf pada Gayatri atas kelakuan burukku selama ini. Aku ingin bersujud di kakinya. Air mataku semakin membasah, hidayah itu menyeruak dalam kalbuku. Aku ingin mempersembahkan surga untuk Gayatri. Gayatri, istriku wanita yang teramat sederhana dengan keteguhan jiwanya. Mudah-mudahan Gayatri membuka pintu maaf untukku. Semoga Allah SWT memberikan pahala surga pada istriku.

“Kang Saidi Bangun..! Jam tiga Kang….temani Gayatri shalat Tahajud” Gayatri membangunkanku pagi itu

“Masih ngantuk ah…malas. Buat apa shalat? Ga bikin kita kaya” Aku berkata setengah tidur dan setengah sadar.

“Kang lewat sajadah tua ini, Gayatri pengin masuk Surga” Gayatri mulai melaksanakan shalat Tahajud. Aku tetap tertidur dan acuh pada Gayatri.
Paginya sajadah itu akanku bakar, apa guna sajadah ini? Tidak mungkin membuatku kaya? Gayatri menangis memohon padaku agar tidak membakar sajadah lusuh itu. Dia bilang hanya punya sajadah itu, dia ingin masuk Surga melalui sajadah itu. Aku kalah, kemudian aku lempar saja sajadah itu ke tong sampah.

*******

Aku buka pintu kamar, aku panggil Gayatri, dengan lirih. Air mataku masih menetes, aku cari gayatri di sudut kamar, tapi tidak aku temukan dia.
Aku buka pintu kamar belakang, jam menunjukkan angka tiga pagi..

“Gayatri…Gayatri Dek..bangun. Jangan tinggalkan Kang Saidi Dek. Maafkan Kang Said Dek. Kang Saidi sangat mencintaimu Dek?” Tangisku semakin menjadi, memenuhi seluruh ruangan kontrakkanku.

Aku dekap erat-erat tubuh Gayatri yang sudah terdiam tidak bernafas. Aku temukan Gayatri bersujud lama di atas sajadah lusuhnya. Gayatri tidak pernah bangun lagi, sajadah lusuh tua itu telah menghantarkan Gayatri ke Surga. Anaku yang dikandungnya menemani Gayatri masuk surga bersama sajadah lusuhnya. Aku berjanji, kelak aku akan menyusul ke surga bersama SAJADAH LUSUH GAYATRI.

THE END

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun