Mohon tunggu...
Su Parmin
Su Parmin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

RAMAH HUMORIS CERIA PENYAYANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Baju Putih Kak Ilham

31 Desember 2014   12:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah dua bulan tidak ada kabar dari Kak Ilham. Aku menangis setiap malam, mengutuk kesalahanku. Kini Kak Ilham telah pergi dariku. Kak Ilham benar-benar menghillang dari hidupku. Tiap malam aku peluk baju putih Kak Ilham. Aku menangis hingga air mataku membasahi baju putih Kak Ilham. Kerinduan itu menyeruak hingga langit tujuh. Kak Ilham telah mengilang entah ke mana. Meninggalkan aku dan Putri dalam kesepian.

****

Aku pandangi kontrakkan kecilku, ada kenangan bersama Kak Ilham di sini. Ada fragmen bahagia bersama Kak Ilham. Namun justru aku telah menghancurkannya. Kunci rumah telah aku serahkan pada yang empunya rumah. Aku harus pulang ke Padang dan hidup di sana. Jika masih di sini, sangat sulit aku melupakan Kak Ilham. Aku biarkan kenangan indah itu menghilang. Aku gendong Putri yang masih tertidur. Aku pandangi baju putih milik Kak Ilham, aku peluk erat. Kemudian aku masukkan ke dalam tasku. Hanya baju inilah kenangan yang ditinggalkan oleh Kak Ilham.

Sudah banyak orang berjejal di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal Fery Gajayana akan membawaku dari Jakarta ke Padang Pariaman. Antrian sangat berjejal, hingga membuatk susah bernafas. Putri masih tidur dalam gendonganku. Aku semakin lelah dengan kondisi ini. Rasa rindu pada Kak Ilham hadir kembali.

Tiba-tiba aku lihat seorang di ujung kapal Gajayana. Laki-laki itu berbaju putih, wajahnya, tinggi badannya, aku sangat kenal. Kak Ilham, benarkah itu? Aku berterik-teriak dan melambaikan tangan memanggil nama Kak llham. Namun sesosok berbaju putih itu tidak mendengar teriakanku. Sesosok berbaju putih itu tetap diam.

“Kak Ilham....Kak llham. Ini Windi Kak, Windi mencintai Kak Ilham. Windi tidak mau kehilangan Kak Ilham”

Aku berteriak sangat dengan suara yang sangat keras. Namun sesosok berbaju putih itu tetap diam tidak mendengar suaraku. Sesosok berbaju putih itu menghilang dari pandanganku. Nafasku yang tersengal, tubuhku ambruk ke tanah pelabuhan Tanjung Priok. Bayang wajah Kak llham telah pupus dari hidupku dan tidak pernah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun