Mohon tunggu...
Su Parmin
Su Parmin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

RAMAH HUMORIS CERIA PENYAYANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Baju Putih Kak Ilham

31 Desember 2014   12:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemarahanku berlangsung lama, hingga satu bulan. Aku tidak berbuat apa-apa buat Kak Ilham. Untuk sarapan pagi tidak pernah aku buatkan lagi. Sekedar teh manis hangat pun juga tidak aku buatkan. Urusan rumah dari mencuci dan menyeterika, semua dikerjakan oleh Kak Ilham. Putri juga lebih banyak tidur dengan Kak Ilham. Kelihatannya Putri lebih nyaman dan tenang dengan Kak Ilham.

Malam hari jika Kak Ilham hendak menciumku, aku lebih suka diam. Aku sama sekali tidak menanggapi permintaan Kak Ilham. Untuk sekedar mencium kening saja tidak aku ijinkan. Rasa cintaku pada Kak Ilham telah hampir hilang. Hingga pada suatu malam Jumat, Kak Ilham berusaha memelukku dari belakang. Tetapi aku acuh dan tidak menghiraukan keinginan Kak Ilham. Dia sudah memeluku hangat dan mesra, namun kemarahanku belum juga hilang.

“Dek. Apakah cinta itu telah hilang. Begitu bencikah Windi sama Kak Ilham? Sehingga untuk menciummu saja, Kak Ilham sudah tidak kamu ijinkan? Bicaralah Dek, jangan biarkan Kak Ilham tersiksa. Kak Ilham sangat mencintaimu Dek. Karena harta, cintamu pada Kak Ilham pupus?”

Kak Ilham mencoba bicara. Dia duduk di sampingku. Aku tetap saja acuh pada Kak Ilham. Entahlah, hatiku benar-benar telah membatu. Kebaikkan dan kasih sayang Kak Ilham seakan tidak berarti apa-apa buat hidupku.

“Sudahlah Kak. Pulangkan saja Windi ke Padang. Windi mau tinggal sama Mamak” Aku jawab pertanyaan Kak Ilham. Nampak dia menghela nafas panjang.

“Dek, tidak mungkin Kak Ilham pulangkan kamu ke Padang. Kamu adalah istriku yang sangat aku cintai. Kak Ilham tidak mau kehilangan kamu dek. Windi, sejak menikah kamu telah mengisi hati Kak Ilham. Sesulit apapun Kak Ilham akan berusaha membahagiakan kamu dan Putri”

Malam itu tetap tidak aku biarkan Kak Ilham memelukku. Tidak sedikitipun aku biarkan Kak Ilham mencium bibirku. Hatiku masih keras membatu dan tidak goyah oleh perkataan Kak Ilham. Akhirnya Kak llham tidur di kamar depan bersama Putri. Ketika jam tiga pagi Kak Ilham membangunkanku untuk shalat Tahajjud, aku tetap diam tidak bergeming. Kaki Ilham melaksanakan shalat sendirian, dia tampak menangis.

****

“Kak Ilham berangkat kerja dulu ya Dek. Baju putih ini nanti tolong dicuci yang bersih. Baju putih ini kesayangan Kak Ilham. Windi yang membelikan buat Kak Ilham. Baju putih sebagai tanda cinta Windi buat Kak Ilham. Windi belikan sehari setelah kita menikah. Dengan baju itu, Windi berikrar akan tetap mencintai Kak Ilham. Sesulit apapun hidup yang kita jalani. Kamu masih ingat kan Dek?”

Aku masih saja diam tidak menghiraukan permintaan Kak Ilham. Kak Ilham mencium keningku, dia tersenyum padaku. Kak Ilham melangkah pergi ke kantornya menaiki motor bututnya. Hingga sore hari tiba Kak Ilham belum pulang ke rumah.

Aku tunggu hingga malam hari, Kak Ilham juga belum pulang. Putri menangis dalam pangkuanku, mungkin mulai rindu dengan Kak Ilham. Malam itu aku menangis sejadi-jadinya, mengutuk kebodohaku sendiri. Di penghujung malam, aku bersimpuh menangis memohon ampun pada Allah SWT. Kak Ilham belum pulang hingga pagi. Sudah aku coba telpon nomor HP Kak Ilham, namun malah mail box. Aku sudah coba hubungi teman-temannya, tidak ada yang tahu keberadaan Kak Ilham. Aku hubungi sekolah tempat Kak Ilham mengajar juga tidak ada yang mengetahui keberadaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun