Mohon tunggu...
Maz Man
Maz Man Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya hadir di www.jejak44.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Orangtua Mendonorkan Mata untuk Anaknya

22 Juli 2018   06:35 Diperbarui: 22 Juli 2018   07:41 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Dari salah satu sahabat nabi pun, ada salah seorang yang mempunyai prestasi luar biasa. Hingga Rasulullah mempercayakan padanya untuk mengalunkan Adzan. Beliau adalah sahabat Abdullah bin Umi Maktum.

Banyak para penyandang tuna netra yang berprestasi hingga hari ini.

Keberhasilan prestasinya kadang kala melampaui orang orang normal disekitarnya. Salah satunya adalah sahabat saya yang belum lama kami kunjungi. Dia adalah Amin.

Sebut saja nama sahabatku ini : Amin. Berasal dari Jawa Tengah di lingkungan pedesaan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Meski seorang tuna netra namun prestasinya luar biasa.

Amin sebenarnya terlahir normal secara fisik. Dikala usia menginjak enam tahun mendadak dia terserang demam tinggi hingga kejang kejang. Sebagai orang tua bersegera mencari pertolongan untuk kesembuhan Amin.

Dikarenakan lingkungan pedesaan yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai, saat itu kondisi Amin tidak tertangani secara maksimal.

Kondisi kesehatannya semakin memburuk. Hingga mengalamikelumpuhan dan buta, tidak bisa melihat. Dengan keadaan yang seperti ini, upaya untuk berobat tidak pernah kendur.

Setelah selama dua tahun mengalami kelumpuhan dan tidak bisa melihat, berangsur kondisinya semakin membaik.

Badannya mulai bisa digerakkan dan di fungsikan sebagaimana mestinya meski perlahan. Namun matanya belum bisa pulih kembali.

Belas kasih sayang kedua orang tuanya kepada sang anak. Mereka berencana mendonorkan masing masing satu biji matanya kepada anaknya.

Betapa orang tua ini berusaha maksimal untuk mengembalikan kesempurnaan fisik putranya. Namun, dokter angkat tangan. Tidak berani memberikan jaminan pulihnya kembali penglihatan Amin.

Menurut analisa dokter, ada kemungkinan hasil operasi  tidak bisa maksimal, justru bisa akan berdampak yang lebih buruk.

Maka, Amin tetap bersabar dengan fisiknya dengan keterbatasanpenglihatannya.

Beranjak remaja, Amin diikutkan pelatihan dan kursus untuk mendapatkan ketrampilan bagi penyandang cacat. Ternyata dari sini diketahui Amin berpotensi sebagai anak yang mempunyai semangat untuk maju dan kecerdasannya tidak kalah dengan orang normal.

Pendidikan akademik terus dia tekuni dari tingkat dasar hingga menengah. Selama bersekolah di SMU umumpun prestasinya luar biasa. Beberapa kali mendapatkan juara umum  di sekolahnya.

Jenjang sarjana di lalui dengan nilai Cumlaude. Pendidikan S2 diselesaikan secara baik hingga mau melanjutkan sekolah ke jenjang S3 di luar negeri.

Namun, sang ibu tidak memperbolehkannya. Amin hanya patuh atas saran ibunya.

Saat ini, Amin sudah berkarya di dunia pendidikan dan lingkungan sekitar, mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan umat.

Semoga catatan kecil ini bisa melecut semangat kepada pembaca dengan segala keterbatasannya.

Bantul 17 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun