Oleh sebab itu, proses refleksi perlu dilekatkan dalam setiap manusia dalam menghadirkan zona nyaman dalam menjalankan interaksi sosialnya. Sehingga guncangan dalam perjalanan selalu dibaca sebagai proses yang wajar. Karena perjalanan yang dilalui dalam kehidupan manusia memang ada naik dan turun, ada ombak dan badai, ada hujan dan panas. Memang proses menarik pandangan atas tantangan perjalanan dari yang cenderung negatif kepada pergeseran kearah positif membutuhkan atribut manusia yang cukup dan memadai. Tetapi dengan terus bergeraknya manusia menuju perjalanan yang menjadi fitrahnya pada akhirnya akan menemukan jawabannya sesuai kadarnya masing-masing.
Gambaran yang singkat dari paparan diatas, mungkin dapat kita ambil kesimpulan dengan sederhana bahwa zona nyaman bisa menjadi tidak aman jika paradigma yang dibangun dengan pendekatan statis. Namun sebaliknya zona nyaman bisa dimaknai sebagai kondisi yang aman sekaligus nyaman jika kita lihat dalam pandangan yang dinamis. Mengapa mungkin karena zona nyaman selalu banyak kemungkinan, yang dipengaruhi oleh sudut pandang manusia. Dengan demikian menjadikan zona nyaman sebagai kondisi yang menakutkan sekaligus tidak aman perlu kita perbarui. Memperbarui pandangan dalam melihat dan membaca zona nyaman adalah upaya menghidupkan eksistensi kedirian manusia. Kedirian manusia yang terus bergerak dari kesempurnaan yang satu menuju kesempurnaan yang lain adalah jawaban atas fitrah kemanusiaan yang pasti aman. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H