Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Corporate Culture, Pilihan Berdamai dengan Pandemi

23 Februari 2021   08:54 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:07 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja kantor saat pandemi covid-19. (SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Respon tersebut diatas menunjukkan bahwa budaya mampu mengantarkan entitas bisnis melakukan tindakan menyesuaikan diri sehingga mampu bertahan dalam kondisi apapun. 

Penyesuaian yang cepat ataupun lambat memperlihatkan kuatnya budaya agility dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan berhenti dan kemudian mati dapat kita lihat sebagai kekakuan dalam menyesuaikan kondisi pandemic ini. 

Kekakuan dan kelincahan merupakan dua hal yang saling bertolak belakang sehingga perlu dipahami agar budaya organisasi atau perusahaan mampu melihat dua tersebut sebagai upaya pilihan kebijakan untuk bertahan atau mati.

Pilihan-pilihan dalam narasi tersebut diatas yang terjadi dalam sebuah organisasi atau peusahaan merupakan salah satu bentuk corporate culture yang harus dibangun agar keberlangsungan bisnis dapat dijaga dalam kondisi apapun. Baik dalam kondisi hujan, panas, musim salju, perubahan teknologi, maupun pandemic sekalipun. 

Corporate culture merupakan identitas sekaligus upaya perusahaan dalam mempersiapkan keberlangsungan suatu entitas bisnis. 

Dengan demikian corporate culture harus dibuat dan dikondisikan agar mampu memberikan added value dalam jangka pendek maupun jangan panjang. 

Banyak contoh kegagalan dan tumbangnya korporasi besar karena langkah dan tindakan dalam mengambil putusan tidak sesuai dengan kebutuhan lingkungan atau zaman. 

Pilihan kebijakan organisasi atau perusahaan merupakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pertimbangan corporate culture. Keangkuhan dan kedigdayaan sebuah entitas bisnis berpotensi memberikan efek lengah sehingga penyesuaian budaya perusahaan menjadi kaku dan cenderung menggunakan status quo. 

Jika status quo yang diambil menjadi pilihan kebijakan entitas bisnis tetapi tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan maka sangat kuat untuk mengkonfirmasi bahwa entitas bisnis tersebut melakukan bunuh diri.

Pilihan membangun corporate culture yang kuat memang membutuhkan waktu dan endurance yang konsisten agar memberikan efek yang siginifikan pada organisasi atau perusahaan.

Dalam konteks kekinian maka corporate culture harus bisa memberikan solusi agar organisasi atau perusahaan terus berdamai dengan situasi pandemi sehingga mampu terus tumbuh dan berkembang. Sudahkah kita membangun corporate culture? semoga sudah.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun