"Sudah, Pak."
Detik berikutnya mereka berputar dengan smartphone masing-masing. Ada yang kelihatan menerawang, mengingat-ingat kegiatan kemarin. Mungkin ada juga yang mengecek grup WhatsApp informasi dari sekolah. Beberapa siswa berkumpul untuk berdiskusi mengerjakan tugas itu.Â
Tidak lama suasana kembali ramai. Mereka berdiskusi untuk menyamakan rundown kegiatan itu. Untungnya semua siswa ikut sehingga pasti punya pengalaman masing-masing. Tinggal kreativitas mereka menuangkan pengalaman menjadi sebuah tulisan.Â
Saya akui memang tidak mudah membuat tulisan. Tapi itu manfaatnya banyak karena membuat mereka aktif berpikir. Lebih baik daripada saat belajar di kelas, mereka duduk saja menerima materi dari guru. Itu namanya pasif. Â Sekarang, mereka berpikir keras untuk membuat tulisan. Itu membuat otak mereka lebih aktif lagi. Kalau saja bisa ditampilkan, neuron atau sel-sel saraf otak mereka aktif membentuk cabang-cabang.
Membuat tulisan memang sulit bagi yang belum terbiasa. Tapi akan lancar kalau sudah terbiasa. Laki-laki atau perempuan punya kesempatan yang sama menjadi seorang penulis. Setiap orang punya pengalaman unik yang bisa dijadikan bahan tulisan.
Waktu hampir habis. Tinggal sepuluh menit lagi. Baru satu orang yang mengumpulkan link tulisannya. Tegar ternyata yang paling awal mengumpulkan. Sudah lengkap dengan fotonya kegiatannya pula. Sementara yang lain masih fokus dengan smartphone masing-masing. Rencananya tidak ada perpanjangan waktu karena ada pelajaran lagi. Saya juga harus mengajar di kelas lain.Â
Lalu siswa yang lain menyusul mengumpulkan tulisan. Saat waktu tinggal lima menit, ada lima siswa yang mengumpulkan. Masih ada 17 siswa lagi. Banyak yang mengumpulkan pada saat bel pergantian jam berbunyi.Â
"Sudah, Pak."
"Sudah dikirim, Pak."
"Saya juga sudah."
"Kalau yang sudah boleh ke kelas Pak?"