Serba Salah Jadi Guru
Viral di media sosial seorang guru di Sumbawa yang dipolisikan orangtua murid. Tak hanya itu, guru tersebut juga akan didenda Rp. 50 juta. Apa sebabnya? Sang guru terkena dakwaan karena menghukum anak yang tak ikuti salat berjamaah di sekolah.
Guru tersebut adalah Akbar Sarosa, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Negeri 1 Taliwang Sumbawa Barat.
Ada orang tua murid yang melaporkan Akbar Sarosa, Â tidak terima anaknya dihukum karena tidak ikut kegiatan salat jamaah di sekolah.
Semakin hari tugas guru memang penuh dilema. Ada yang bilang kalau terlalu lembek, bisa di remehkan murid. Kalau terlalu keras, orang tua yang tidak terima.
Kadang perhatian guru diartikan berlebihan. Padahal, kalau cuek, guru juga disalahkan. Tugas sebagai gurunya juga dipertanyakan.
Padahal, kesadaran melaksanakan salat adalah bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Kalau murid nggak mau salat, orang tua juga protes.
"Anak disekolahkan supaya punya karakter baik, supaya mau beribadah dan menjalankan agamanya. Kalau itu tidak dicapai, apa sih kerja guru?"
Banyak orang tua yang berpikiran seperti itu. Eh, kalau guru berupaya lebih keras, bisa diancam bahkan dipidanakan.Â
Padahal, nyuruh murid mau salat itu nggak gampang. Sudah terdengar azan berkumandang, belum juga datang ke musola, atau datang tapi ogah-ogahan.
Kalau murid nggak ogah-ogahan, mungkin guru juga tidak keras kepada murid. Coba lihat ketika di rumah apakah anak itu susah diajak salat atau tidak.
Baiklah, memang idealnya kita semua dalam pertengahan. Tidak terlalu lembut atau terlalu keras. Guru terlalu keras juga tidak baik. Alangkah baiknya murid juga sadar diri bahwa dirinya sedang diajak menjadi pribadi berkarakter. Karena itu, kerjasamanya sajalah, agar sama-sama enak. Orang tua juga turut mendukung upaya pembentukan karakter anaknya. Kalau sama-sama berjuang, mudah-mudahan tujuan bisa tercapai.