Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

KAI Commuter Pilihan Pinter Bahagiakan Keluarga dan Gapai Cita-Cita

4 September 2023   23:47 Diperbarui: 4 September 2023   23:57 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bukan untuk membayar biaya semesteran saja tetapi juga biaya makan dan transportasi ke kampus. Harus jeli mengatur keuangan dan memilih aktivitas agar pengeluaran tidak bocor  atau ngocor. Salah satunya adalah dengan menggunakan KAI commuter sebagai pilihan transportasi yang murah, aman, dan nyaman.

Tahun 2017 merupakan tahun-tahun perjuangan. Aku berangkat dari rumah pukul  04.00 pagi agar dapat pemberangkatan kereta yang pertama yaitu dipukul 05.00 pagi. Pukul 04.30 sudah ada di stasiun Rangkasbitung.  Agar tidak buru-buru malamnya sudah top up kartu multi trip (KMT). Tapi kadang top up saat sudah di stasiun. Lagian gampang caranya.  

Ketika melintas stasiun Maja dan Parung seketika terbayang kondisi kereta di tempo dulu. Saya masih mengalami kondisi kereta tempo dulu. Saat itu bisa masuk pedagang, pengamen, bahkan pengemis.

Aku termasuk saksi hidup kereta lokal terakhir dulu  pedagang, pengamen, bahkan pengemis bisa masuk.  Untuk menandai tujuan sudah dekat atau masih jauh bisa kelihatan dari harga tahu. Kalau Rp. 5.000 dapat 10 biji itu masih setengah perjalanan, kalau Rp. 5000 dapat 15 biji tinggal seperempat perjalanan, dan kalau Rp. 5000 dapat 20 biji berarti tinggal satu stasiun lagi. Begitu.

Sekarang jauh lebih tertib, teratur, bersih, dan nyaman. Tiap sebentar lantai dipel oleh petugas kebersihan kereta.  Petugas juga selalu menertibkan penumpang yang tidak mematuhi peraturan seperti duduk di lantai yang bisa mengganggu penumpang lain, ngobrol yang bikin ribut, atau membawa barang bawaan yang mengganggu penumpang.

Jika tidak paham dengan stasiun tujuan bisa bertanya kepada petugas yang akan menjawab dan memberitahu dengan sopan.

Jika dompet mulai menipis aku top up Rp. 20.000 untuk pergi pulang (PP). Kalau sedang ada rezeki lebih aku top up lebih banyak lagi untuk beberapa pekan atau sebulan. Namun, lebih baik mengecek ketimbang ada masalah ketika keluar stasiun atau kena penalti.

Rute Rangkasbitung-Tanah Abang dengan tarif Rp. 8.000 tentu sangat murah. Saat aku berlanjut ke satsiun Pasar Minggu hanya nambah seribu saja. Bahkan itu terhitung lebih murah dari biaya makan. Selama dua tahun bolak-balik Rangkasbitung-Pasar Minggu akhirnya kuliahku selesai. KAI commuter sangat membantuku meraih cita-cita menamatkan kuliah S2. 

Bersama seorang teman saat berangkat kuliah (sumber gambar: 
Bersama seorang teman saat berangkat kuliah (sumber gambar: 
dokumentasi pribadi)

Silaturahmi Hemat, Dengan Saudara Semakin Dekat

"Dua jam perjalanan tadi itu cuma Rp 8.000? Lha uang Rp. 10.000 masih ada kembalian? Enak ya mau bolak-balik pakai kereta," begitu kata Mamak (Jawa: ibu) saat KAI commuter jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang berhenti sampai di pemberhentian terakhir.

"Itu tadi bayarnya berapa, Le? Nanti Mamak ganti uangnya."

Mamak memanggilku Le atau tole (Jawa: Nak).

"Cuma Rp 8.000, Mak."

"Mamak diterke ning dulure ning Mampang Prapatan," dua hari sebelumnya Mamak yang datang dari Jambi minta diantar ke Jakarta.

Mamak bilang punya saudara kandung yang sudah terpisah puluhan tahun lantaran Mamak transmigrasi ke pulau Sumatera.

Begitulah kalau orang Sumatera atau orang seberang menggunakan kereta api atau KAI commuter. Sama seperti aku dulu waktu beli tiket kereta lokal dari Rangkasbitung ke Jakarta.

"Nggak ada uang pas aja, Mas?" tanya petugas.

"Berapa Mbak?"

"Dua ...."

Eh, berapa tadi? Dua puluh atau dua apa ya? Ah, nggak mungkin dua ribu, pikirku yang baru pertama kali pakai kereta. Aku sodorkan uang Rp. 20.000.

"Dua 2000 ada, Mas. Uang pas."

Lhadalah. Ternyata dua ribu, tok! Rasanya nggak percaya kalau tiket perjalanan 2 jam Cuma Rp 2.000 doang. Uang segitu kalau di rumah kadang tergeletak saja.

Transportasi Murah Untuk Kegiatan Sekolah

Pada 30 Juli 2023 saya ada undangan kegiatan seminar gratis di Hotel Millenium, Jakarta Pusat. Ada beberapa guru yang diundang.

"Ke sananya gimana? Ngumpul jam berapa? Di mana?" Rentetan pertanyaan dari teman guru yang besok akan berangkat.

"Kita harus menyiapkan iuran berapa ya buat BBM-nya?"

Dengan mantap aku menjawab.

"Saya naik kereta aja. Lebih murah dan nyaman. Di kereta bisa istirahat atau tiduran. Apalagi kalau pulangnya pasti dalam kondisi capek. Bisa tuh istirahat di atas kereta."

Kalau naik mobil, meskipun BBM-nya iuran, tapi akan  mengurangi jatah transportasi dari sekolah. padahal, lumayan kan untuk tambahan pemasukan.

Aku kaget karena ternyata guru lainnya juga naik kereta.  Meskipun  berbeda jam jadwalnya, enam orang guru pilih menggunakan KAI commuter.

Kalau dari segi waktu sih nggak terlalu beda antara komputer dengan pakai mobil. Sama-sama sekitar dua jam. Namun, dari segi biayanya bisa berlipat-lipat jauh lebih hemat. Kalau naik mobil butuh minimal kalau naik kereta cukup Rp. 20.000. kalau pakai mobil bisa Rp. 200 ribuan.

KAI Commuter Hadirkan Bahagia untuk Keluarga

KAI commuter juga menjadi liburan dan hiburan keluarga yang sangat murah dan nyaman.

"Ayolah akhir pekan ini kita ke ibu kota," ajak istriku.

"Kita ke Kandank Jurang aja yuk. Tempatnya nyaman dan asri. Terus, dekat stasiun. Jadi kita bisa melihat kereta api wara-wiri. Pasti anak-anak senang," jawabku.

"Tapi kartu multi trip kita kan cuma ada dua. Terus anak-anak gimana?"

"Pakai Go Transit. Ada saldo di aplikasi ojek online. Nah, daripada mengendap lebih baik dimanfaatkan."

Besoknya kami ke stasiun Rangkasbitung. Setelah memarkirkan di tempat parkir stasiun yang luas dan teduh, kami segera tap in dengan antrean yang rapi.

Anak-anak kami berikan kartu. Mereka tap in dulu. Lumayan mudah dan lancar meskipun stasiun Rangkasbitung ramai.

Dalam hitungan beberapa detik aku mengikuti tap in. Aku buka aplikasi ojek online mencari tiket yang tersedia, aku buka QR code, lalu arahkan ke scanner. Dalam hitungan satu hingga dua detik tap in pun selesai.

Sejak kecil dapat pengalaman menggunakan komputer lain mudah-mudahan bermanfaat untuk hidupnya. Jadi kalau nanti besar ada kegiatan atau jalan-jalan nggak repot lagi. Mereka juga tap out sendiri. Tinggi badan mereka cukup untuk melakukan tap out dengan mudah.

Anak bungsuku sedang menonton Commuter Line yang lewat (kiri) Si sulung sedang tap out di stasiun Jurangmangu (kanan) sumber gambar: 
Anak bungsuku sedang menonton Commuter Line yang lewat (kiri) Si sulung sedang tap out di stasiun Jurangmangu (kanan) sumber gambar: 
dokumentasi pribadi

Kalau bawa anak-anak atau istri bahkan orang tua di KAI commuter aku tidak khawatir mereka tidak dapat bangku. Toleransi penumpang sangat hebat. Banyak orang baik yang dengan otomatis memberikan bangku kepada yang membutuhkan.

Setelah satu setengah jam perjalanan sampailah kami di stasiun Jurangmangu. Kandang jurank milik Dik Doank dekat dengan stasiun Jurangmangu. Dengan jalan kaki sekitar 7 menit sampailah kami di stasiun Jurangmangu.

Di kandang jurank itu kami benar-benar panen kereta api. Setiap 5 menit sekali ada kereta api yang lewat. Sekitar 1 jam di kandang jurang kami penuh segera pulang ke Rangkasbitung.

"Mas duluan ya ngetap kartu," kata sulungku.

Dia menyebut diri sendiri mengajari adiknya untuk memanggil dengan sapaan Mas. Kami sebagai orang tuanya pun memanggil dengan sapaan Mas.

"Habis itu adik ya," sahut bungsu tak mau kalah.  Senangnya melihat mereka tap in dengan percaya diri. Jalan-jalan atau liburan singkat tetapi amat hemat dengan KAI commuter. Ini beberapa dokumentasi liburan itu.


Sebenarnya kartu multi trip bisa didapat dari bank atau penyedia lain seperti waralaba, supermarket, atau kartu komunitas.
Anak-anak, jangankan naik KAI commuter, nonton kereta lewat saja sangat bahagia. Tidak jarang kegiatan ini aku lakukan bareng dua anak hebatku ini. Menonton kereta lewat saja.

Di kereta juga bisa latihan mengasah kepedulian. Kalau saat ini kita memberi bangku ke orang lain, mungkin besok-besok keluarga kita yang diberi bangku. Ya gantian aja sifatnya. Kadang kita dibantu kadang kita harus membantu.

Kalau masuk biasanya menghindari kursi prioritas. Lebih baik rebutan kursi umum, tapi lebih baik lagi memberikan kursi untuk yang lebih membutuhkan. Kita sendiri yang harus punya kesadaran, tidak menunggu petugas mengingatkan.

Baliho keren di stasiun Rangkasbitung yang bersih dan rapi (sumber gambar:
Baliho keren di stasiun Rangkasbitung yang bersih dan rapi (sumber gambar:
dokumentasi pribadi)

Bukan hanya murah tetapi juga nyaman dan aman. Bertahun-tahun pakai KAI Commuter aku tak sekalipun kehilangan benda. Nah, di kereta bisa istirahat atau tiduran. Jadi terhindar dari panas, debu, atau polusi di jalan.  Bebas macet pula. Ya, KAI commuter tidak mengenal macet atau berhenti ada lampu merah seperti alat transportasi lain semisal bus atau mobil. KAI commuter hanya berhenti ketika di stasiun saja. Jadi pasti lebih cepat. KAI Commuter juga menyediakan jadwal yang lebih banyak sehingga frekuensinya pun lebih cepat. Dalam hitungan menit banyak tersedia rute sesuai yang kita inginkan. Yuk, gunakan KAI Commuter untuk mobilitas kita.

Liburan bersama keluarga bahagia di kereta (sumber gambar:
Liburan bersama keluarga bahagia di kereta (sumber gambar:
dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun