Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tempe Kering, Lauk Praktis Mahasiswa Rantau

28 Februari 2023   20:26 Diperbarui: 28 Februari 2023   20:47 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan lauk tempe kering (dokumentasi pribadi)

Makan malam ini terasa bikin istimewa. Di penghujung bulan Februari istri menyajikan lauk yang tak biasa untuk makan malam. Menu yang mengingatkan aku pada saat jadi mahasiswa dulu.

"Tempe kering ini jadi andalan Mas saat kuliah Dek. Bahkan sejak SMA sewaktu Mas ngekos dulu," kataku pada istri.

"Loh kok sama. Dulu juga senang kalau dibikinkan ibu tempe kering ini," jawab istri.

Pembaca yang pernah merasakan jadi mahasiswa rantau mungkin pernah merasakan menu ini. Tempe kering dengan penyajian yang mungkin beragam. Ada yang dicampur dengan teri, kacang tanah, atau kentang. Lalu dicampur dengan adonan gula dan cabe sehingga terasa pedas manis bercampur selang-seling terasa di lidah.

Mengapa menu ini jadi favorit terutama mahasiswa rantau?  


Tempe kering ini praktis. Namanya mahasiswa sering tidak sempat untuk masak lauk. Kalau nasi kan mudah tinggal nanak di magic com. Kalau sedang buru-buru atau sedang males maka tempe kering jadi dewa penyelamat. Tinggal aduk, ambil, terus campur dengan nasi. Beres urusan makan.

Tempe kering juga bisa membuat penghematan. Karena mahasiswa nggak perlu keluar uang lagi untuk membelinya. Justru emak atau ibu kita lah yang keluar uang dan repot untuk membuatnya. Bahkan mungkin membuatnya nggak sebentar. Karena itu, patutlah kita berterima kasih kepada orang tua yang meluangkan waktu dan menghabiskan biaya untuk membuat tempe kering atau lauk lainnya.

Tak disangka Saya kuliah di Padang dan istri kuliah di Jogja merasakan pengalaman yang sama tentang tempe kering ini.

"Dulu pernah dibuatkan banyak sama mama sampai 10 bungkus kali," kenangku.

"Wah banyak banget. Kalau ibu paling bikinkan dua atau tiga toples,"

"Oh Ibuk wadahinnya di toples. Kalau mama di plastik gitu,"

Meskipun dibuatkan banyak, tidak serta-merta dikeluarkan atau di nampak-nampakkan di kos-kosan.

"Kalau semuanya dikeluarkan dalam hitungan jam," selorohku.

Dengan uang bulanan yang pas-pasan, kehadiran tempe kering cukup membuat penghematan. Rasanya juga istimewa sehingga lahap juga makannya. Jadi mahasiswa anak rantau memang harus merih. Terutama di akhir bulan ketika kiriman belum datang sementara uang kas semakin menipis..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun