"Bapak Hebat Literasi"
Malam mingguan kemarin saya datang ke pondok pesantren Al Qudwah. Memenuhi undangan silaturahmi literasi. Saya diminta berbagi semangat menumbuhkan literasi.
Beberapa pengalaman saya ceritakan kepada para santri. Misalnya saat jadi juara 2 lomba menulis artikel yang diadakan Kemdikbud pada 2018. Betapa senangnya ketemu Mendikbud Muhadjir Effendy. Juga dapat uang saku serta uang transportasi yang lumayan buat ukuran guru honorer.
Juga ketika jadi juara harapan lomba blog IndiHome yang dijamu makanan enak luar biasa bahkan saya belum pernah makan sebelumnya..wkwkw... Termasuk pengawalan keren dari patwal untuk para pemenang. Servis yang luar biasa adalah salah satu bonus dari hobi menulis.
Tadi saya ketemu santri Al Qudwah boarding school. Salah seorang santri menyapa saya dan bilang, "Eh, bapak yang hebat literasi," katanya.
Saya usahakan kalau diundang, akan ngasih hadiah buat peserta. Ada salah seorang santri yang bertanya,
"Apa rasanya ketika pertama kali tulisan Bapak dimuat di koran," tanyanya.
Saya jawab, sebaiknya mereka juga perlu tahu bagaimana perjuangan saya membuat tulisan itu hingga tahu diterbitkan.
Saya membutuhkan waktu lima hari menulisnya. Nggak full, sih. Di sela-sela mengajar. Saya juga nggak ngotot menyelesaikannya.
Setelah mengirimkannya, pekerjaan saya selanjutnya adalah menunggu diterbitkan. Sebab koran tidak ngasih tahu kalau dimuat atau tidak. Jadi setiap hari saya ngecek tulisan itu ke loper koran di perempatan jalan
Saat itu di sekolah belum langganan koran. Maka saya harus mengeceknya ke loper koran.
Sehari dua hari hingga lima hari tulisan saya belum dimuat.
Sementara, terlanjur ke loper koran maka saya harus beli koran. Nggak mungkin cuma ngecek saja. Tulisan belum dimuat, eh keluar uang buat beli koran. Memang sih harganya Rp. 3000 atau Rp. 4000. Tapi kalau setiap hari ya lumayan buat ukuran guru honor.
Setelah 5 hari mengecek di loper koran hasilnya zonk, dompet saya mulai menipis.
Saya pun bermuka tebal nebeng ke sekolah lain untuk mengecek koran. Sehari dua hari belum ada penampakan yang membuat bahagia.
Muka saya pun sudah terlalu tebal lagi...
Malu sih tapi itu pilihan saya daripada keluar uang.
Setelah hari ke-9 barulah terlihat penampakan. Itu pertama kali foto saya dan tulisan terpampang di koran Banten. Perasaannya luar biasa bungah.
Lalu saya pamerkan ke guru-guru dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Setelah itu bermunculanlah ide untuk membuat tulisan lagi. Ternyata penguatan itu membuat semangat dan ide menulis lebih kuat lagi.
Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H