Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Pendidikan di Keluarga, Yuk Jadi Orangtua Peduli

22 Februari 2019   17:56 Diperbarui: 22 Februari 2019   18:23 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi

 Tentu saja paradigma ini sangat keliru karena anak dibesarkan di rumah dan memiliki waktu yang lebih panjang di rumah. Sehingga banyak hal yang dilihat, didengar, dan dialaminya rumah yang sangat mempengaruhi karakternya.
Cara paling efektif bagi seorang anak untuk belajar adalah dengan cara imitasi yaitu meniru orang lain. Dalam hal ini orang yang paling dekat dengan dirinyalah yang akan menjadi rujukan.

Rumah dan keluarga,katanya, memberikan kontribusi sekitar 80% dalam menentukan tingkat kebahagiaan seseorang (hal. 31). Mereka yang memiliki kondisi rumah yang nyaman,  hidupnya akan dilingkupi dengan kebahagiaan. Apalagi jika dalam rumah itu ditumbuhkan adanya budaya pendidikan yang baik maka nilai-nilai pendidikan tersebut akan ditransferkan  dalam kehidupan anak baik itu ketika di sekolah maupun di masyarakat.

Ringkasnya, apa yang dilihat didengar, dan dirasakan anak di rumah seluruhnya akan berpengaruh terhadap pembentukan karakternya maka wajib bagi setiap orang tua untuk memperhatikan suasana serta berbagai kegiatan di rumah yang akan memberikan dampak positif bagi karakter anak.

Rumah seharusnya menjadi pusat kegiatan anak. Kegiatan itu tidak harus dalam bentuk formal seperti mengerjakan PR dan tugas dari sekolah namun bisa dengan mengisi dengan kegiatan santai dan ringan tetapi tetap bernilai positif dan edukatif seperti merawat hewan peliharaan, berkebun, melakukan hobi, mengisi blog, membaca atau browsing artikel edukasi, memasak snack ringan, dan sejenisnya. Jika anak asyik dengan kegiatan positif tersebut, anak dapat menghindarkan anak dari serangan games dan pornografi

Buku ini juga menekankan pentingnya peran ibu dalam menghadirkan ikatan hati antara ibu dan anak. Anak cenderung dekat dengan ibunya. Jika kedekatan sudah terjalin, maka akan dapat mudah memahami perasaan satu sama lain, lebih peka saat terjadi perubahan perasaan pada diri satu sama lain, cenderung lebih terbuka menyampaikan gagasan dan pendapat, serta lebih mudah menyambung hati walau berada di manapun dan dalam kondisi seperti apa pun.

Betapa banyak orang tua yang beranggapan bahwa anaknya sudah menjadi penurut dan baik padahal kenyataan berkata sebaliknya. Orang tua menganggap anaknya sudah cerdas dan memiliki akhlak yang baik karena telah ditempatkan di sekolah unggulan, maju,  profesion dan mahal pula, namun harapan tinggal harapan ketika orang tua hanya mengandalkan pendidikan di sekolah,  serta lalai mempersiapkan pendidikan di rumah.

Tengoklah pentingnya orang tua menjadi teladan utama. Ada cerita dari sebuah keluarga. Seorang ibu yang sangat ingin agar ada diantara anak-anaknya yang mau menjadi hafiz Alquran. Demi keinginannya itu sang ibu selalu memotivasi anak anaknya untuk bersekolah di lingkungan Pesantren.  Namun hingga satu demi satu anaknya duduk di bangku lanjutan tingkat atas, tetap saja tak ada yang berminat menjadi seorang hafiz Al-quran. Padahal sang Ibu tak pernah lelah memotivasi anaknya untuk menghafalkan Alquran.

Karena bertahun-tahun hanya bergantung pada harapan sia-sia,  kemudian sang ibu melakukan evaluasi.  Apa yang membuat Allah belum mengabulkan doa yang dipanjatkan bertahun-tahun dengan penuh cucuran air mata itu. Hingga sampailah pada sebuah kesadaran bahwa dirinya telah mendapat peringatan dari Allah karena hanya menyuruh anaknya untuk menghafal Alquran sementara dirinya tidak. Akhirnya ia pun tersadar akan kesalahannya sehingga dengan terbata-bata ia mulai menghafal satu demi satu ayat-ayat Al-quran. Seiring dengan perubahan yang terjadi tersebut, terjadilah keajaiban.  Anak-anaknya secara perlahan mulai menunjukkan ketertarikannya kepada proses menghafal Alquran.

Saat ini ini 2 orang anaknya telah selesai menghafal Alquran. Kakak serta adik mereka pun akan menyusul kemudian.  Itulah berkahnya keteladanan.

Maka peran utama orangtua adalah menjadi pendidik utama, menjadi motivator, dan menjadi kepala sekolah kehidupan.

Wah, ternyata tidak cukup menjadi orang tua saja, tapi ada beberapa peran yang harus dijalankan orang tua, jika ingin mencetak anak yang hebat. Tentu, kalau mau anak menjadi apa adanya, maka biarkan saja. Hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun