Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Santun pada Ibu

22 Desember 2017   10:40 Diperbarui: 22 Desember 2017   12:51 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.youngesteight.com

Penting menjaga ucapan terutama kepada ibu. Sakitnya luka fisik bisa disembuhkan. Namun luka hati karena ucapan bisa membekas seumur hidup. Bahkan, ucapan itu bisa terwujud di dunia. Mungkin kita pernah dengar Legenda. Malin Kundang, cerita rakyat dari Sumatera Barat. Meski legenda, cerita itu bisa ada dalam kehidupan nyata.

Adalah sang ibunda, tak kuat hati menahan kesal, karena sang anak yang tak mau mengakui sebagai ibu, kemudian mengutuk Malin jadi batu. Malin pun membatu mengeras. Kini masih menjadi prasasti dan pelajaran bahwa kedurhakaan bisa mengundang kutuk. Dan kutuk, bisa terjadi.

Sepatutnya kita berlaku santun kepadanya. Hormati sosoknya. Dengarkan ucapannya. Taati perintahnya. Mohon doa restunya karena itu akan melapangkan langkah hidup kita. Berapa banyak cerita, kehidupan sulit seseorang karena durhaka kepada ibunya. Sebaliknya, banyak pula cerita kesulitan yang berubah menjadi kemudahan karena berbakti pada orang tua terutama ibu. Selagi beliau masih ada, mari berkhidmat kepada ibu. Berlakulah seperti Muhammad bin Sirin. Kecerdasan dan kehebatan seakan sirna dihadapan ibu sebab hormat kepadanya.

Santun kepada ibu masuk pada ranah keimanan dan keberislaman kita. "Belum dikatakan berbuat baik kepada islam, orang yang belum berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya" Abdullah Azzam. Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti kepada ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun