Mohon tunggu...
Filsafat

Kekuatan Menghamba

22 April 2019   07:03 Diperbarui: 22 April 2019   07:08 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak orang yang siap jadi apa-apa, tapi hanya sedikit yang siap jadi bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Jadi orang besar, jadi orang yang dihormati, jadi orang yang kaya raya, jadi orang yang ditokohkan banyak yang siap. kalau jadi orang biasa? jadi orang diremehkan? jadi orang yang dighibah? jadi orang yang pas-pasan? jadi orang yang tidak dihormati ada yang siap?

kanjeng nabi muhammad isra' miraj itu pada posisi menjadi seorang hamba. Hamba itu kedudukan paling rendah dimata Rajanya. hamba itu bukanlah sosok yang punya ego tinggi ke-aku-an yang ingin selalu diakui atau dimengerti. hamba adalah kepasrahan diri, mau diberikan tugas apapun dan harus siap. keyakinannya hanya satu. Tuhan yang sebagai rajanya tidak mungkin meninggalkannya dalam tugas kebaikan. saat diatas, dibawah dalam kondisi apapun ditemani oleh Junjungannya.

Hamba atau insan kamil bukanlah dikepala, diatas atau dibahu yang kuat, atau ditangan yang leluasa melakukan apa saja, bukan pula dikaki yang dapat melangkah atau mundur sesuka hati. Insan kamil itu ada dibawah telapak kaki. posisi terendah pada sudut pandang manusia. tapi sangat baik dimata Tuhan. itu juga mengapa surga itu dibawah telapak kaki....dalam filosofi mendalam itu bisa diartikan jika baktimu kepada orang tua baik maka surgalah balasannya.

Jadi sekarang terserah anda mau jadi kepala, bahu, tangan, kaki atau sandal jepit? jika siap terkena kotoran dan siap untuk diinjak-injak maka bersiaplah untuk belajar menghamba. Dan Tuhan akan menuntun kepada kelapangan hati, jernihnya pikiran dan kelancaran perjalanan. Karena gerak mu adalah tajali Sang Raja.

#malam_nisfu_syaban_2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun