Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Emansipasi dan Strata Rasa

21 April 2019   23:03 Diperbarui: 21 April 2019   23:22 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Kartini biasa dirayakan dengan berpakaian jadul. tapi selogannya emansipasi. padahal hal ini agak gak nyambung...emansipasi itu kontemporer, mengikuti jaman. manusia selalu memperbarui peradaban mereka sebagai fitrah kemakhkukan. sebagai pembeda dengan Tuhannya. Karena hanga Tuhan yang tidak berubah

Tadi siang saya melihat film Kartini. Dan seperti biasa adegan emansipasi itu ditunjukkan dengan memerdekakan tingkah laku mereka dari perempuan kolot menjadi perempuan yang bebas tertawa cekakakan dan kemerdekaan lain yang dikuar kewajaran perempuan saat itu.

Padahal strata rasa yang dipunyai orang jawa bukanlah feodalis yang selalu dituduhkan. berjalannya bawahan raja jongkok bukanlah karena dia bawahan dan raja atasan. Namun itu buah dari rasa. Rasa menuntun mereka mana yang pantas dilakukan dan mana yang tidak. posisi saya adalah ini dan posisi raja disana. sehingga tingkah laku itu muncul atas dasar rasa itu

Contoh lain rasa adalah seorang istri yang menyiapkan makanan kepada suami. istri menimbang rasanya "saya ini istri cara membahagiakan suami begini". makanan dihidangkan dengan penuh estetika, penuh dengan rasa. sehingga hati suami terbawa arus kebaikan hati istri hingga timbul rasa senang. karena hati mereka terpaut satu sama lain. 

Menghidangkan makan kepada suami bukanlah pekerjaan, bukanlah SOP. bisa saja seorang istri tidak menghidangkan makanan kepada suami. tapi rasa dari diri perempuan itu tak akan pernah terasah. Hal ini juga berlaku untuk laki-laki. selalu menimbang rasa agar terjadi keseimbangan tindakan. tau saat (momentum) dan tau bagaimana harus memposisikan diri

Saat ini perempuan memaknai emansipasi sebagai kemerdekaan seutuhnya. sampai-sampai mengabaikan rasa. begitu juga laki-laki yang selalu menuntut istrinya begini begitu tanpa menimbang rasa.

Bangsa ini akan banjir para pemimpin jika mereka belajar menghidupkan kembali kehidupan dengan rasa yang menyala. urip sing urup. jiwanya terang benerang mengalahkan kegelapan ego.

Habis gelap terbitlah terang....Selamat hariKartini

#21042019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun