Mohon tunggu...
Sunu SetiawanUtama
Sunu SetiawanUtama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal Pragmatik Lebih Dekat dan Contoh Penerapannya

13 Maret 2023   13:31 Diperbarui: 14 Maret 2023   15:39 5850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai makhluk sosial kita tidak terlepas dari sebuah komunikasi yang menjadikan kita untuk bisa berinteraksi  secara langsung dari orang satu dengan orang yang lain. Dalam situasi ini kita perlu memahami sebuah konteks atau maksud dari lawan tutur sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan pesan atau tujuan dapat tersampaikan. Sehingga di dalam berkomunikasi pada kehidupan sehari-hari kita selalu melibatkan dengan yang namanya pragmatik. 

Pragmatik sendiri adalah salah satu  cabang linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa yang keluar dari kaidah struktural namun mengedepankan konteks penggunaannya. Hal itu bisa berkaitan dengan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya yang berpengaruh terhadap penggunaan bahasa itu sendiri. Dengan begitu, pragmatik sangat lumrah bila kita temui dalam praktik-praktik komunikasi sehari-hari atau percakapan dari si penutur dan lawan tutur. 

Salah satu kajian pragmatik atau dalam komunikasi sehari-hari yang sering kita temui adalah tentang implikatur. Dapat kita pahami dalam setiap percakapan selalu hadir sebuah maksud percakapan dari si lawan tutur atau yang kita ajak berbicara. Implikatur percakapan adalah maksud yang terkandung di dalam suatu ujaran, namun tidak dinyatakan secara langsung oleh si penutur (tersirat). Pada kondisi inilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin  diinginkan oleh si penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur itu sendiri. 

Sebagai contoh dari percakapan di sebuah sekolah adalah

Bu, saya mau minta izin mau buang air besar di belakang.

Dari percakapan tersebut siswa memakai frasa buang air besar, secara denotatif buang air besar mengandung makna bahwa orang tersebut  akan membuang air dalam jumlah yang besar atau banyak. Namun, dari segi pragmatik dari kata buang air besar memiliki makna buang hajat atau berak. Sehingga penggunaan frasa buang air besar terdengar lebih halus dibanding  buang hajat atau berak. Dalam penggunaan kata yang lain juga terlihat dari kata belakang. Arti kata belakang berarti ia ingin buang air di belakang namun tidak terspesifikan ia ingin buang air di belakang mana, sehingga orang yang tidak mengetahui maksud dan konteks dari percakapan ini akan menimbulkan kesalahpahaman dari sebuah pesan yang ingin disampaikan. Namun, dari segi pragmatik arti kata belakang memiliki makna toilet. Sehingga penggunaan kata belakang terdengar lebih halus dibandingkan penggunaan kata toilet yang kurang sopan jika kita berinteraksi dengan orang yang lebih tua.

Dengan demikian, pragmatik lebih menekankan fungsi berbahasa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Penutur juga harus memperhatikan situasi dengan memilih penggunaan bahasa yang tepat sehingga maksud dari sebuah tuturan dapat tersampaikan kepada lawan tutur.

Penulis:

Sunu Setiawan Utama
Mahasiswa FKIP UNS

Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Pegiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun