ALAM SINI ALAM SANA
Time Management dari Perspektif Spiritual
" Alam sana hanyalah refleksi alam sini. Alam ini terasa nyata bagi mereka yang berada di alam ini, alam sana terasa tidak nyata. Sebaliknya, bagi mereka yang berada di alam sana, alam tempat kita berada saat ini adalah tidak nyata. Alam mereka adalah yang nyata."
- Pesan Mahamaya
Seminggu yang lalu seorang perempuan muda, anak kuliahan mendatangi Padepokan One Earth. Dia tertarik untuk belajar sesuatu yang lain, hal yang terkait dengan meditasi. Dia merasakan sebuah kegalauan tentang kondisi doktin dan dogma yang membelenggu jiwa manusia.
" Mereka yang datang ke Ashram ini adalah para pencari kebenaran. Ya tingkat mereka berbeda-beda namun semuanya adalah seekers, pencari kebenaran. Adalah tanggung - jawab kita bersama untuk membantu mereka dalam pencarian itu."
( Alam Sini Alam Sana, halaman : 117 )
Peran Padepokan , Ashram adalah untuk melayani para pencari kebenaran. Kebenaran yang memiliki banyak sisi. Namun seringkali kemampuan melihat perspektif kebenaran dalam lingkup yang luas dan dalam itu dibutuhkan sebuah panduan yang tepat.
Berapa banyak dari kita terjebak untuk melakukan sesuatu karena mengharapkan pahala di alam sana. Pahala yang bisa dinikmati setelah kematian menjemput kita.
Membaca buku terbaru karya Anand Krishna ini, kita diajak penulis untuk melihat dalam sudut pandang yang berbeda. Kelahiran dan kematian adalah sebuah keniscayaan namun kehidupan manusia terus berjalan sesuai dengan iramanya. Dan manusia dianugerahi hidup untuk dapat mempergunakannya dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.
Bahkan para resi zaman dahulu membagi waktu 1 detik dalam 34.000 krati untuk ukuran terkecil dan terbesar adalah kalpa yang adalah sama dengan 4, 32 miliar tahun. Dan sejak 223 juta tahun yang lalu kita sudah memasuki Kalpa Kedua - Baru Kedua!
Bisakah Anda bayangkan dalam pikiran sejenak ?! 1 detik itu dalam 34.000 Krati. Anda percaya atau tidak sama reinkarnasi kalau kita melihat penemuan para Resi yang membagi waktu dalam unit terkecil dan terbesar begitu, kita menjadi tidak terlalu berarti.
Dalam buku ini, kita benar-benar diajak untuk belajar menghormati waktu secara efektif dan efisien serta tidak bermalas-malasan. Kita diajak penulis untuk juga belajar membagi waktu khususnya bagi para pemimpin dari ajaran kuno leluhur yang berasal dari Chanakya, Guru Besar Universitas Takshashila yang lahir sekitar 350-275 SM.Â
Beliau ini dikenal sebagai Pelopor Ilmu Politik dan Ekonomi jauh sebelum Machiavelli dikenal di dunia barat. Beliau membagi waktu berdasarkan ritme alam yang mengikuti prinsip triguna yaitu Satva, Rajas dan Tamas. Triguna yang mempengaruhi alam makrokosmos dan mikrokosmos manusia.
Disiplin waktu ini penting sekali dilakukan sehingga kita tidak terbiasa untuk melakukan kebiasaan menunda yang bisa berakibat atau berdampak sosial yang luas. Dalam buku ini kita akan menjumpai bagaimana setan penundaan bisa menyesatkan manusia.
" Menggunakan waktu secara efisien dan penuh semangat berarti menambah saldo energi. Sebaliknya, penggunaan waktu tidak secara efisien dan tanpa semangat berarti mengurangi saldo energi. "
( Alam Sana Alam Sini, Halaman : 23 )
Meski pun buku ini bisa dikatakan merupakan kelanjutan dari buku sebelumnya Pahit Pekat Tapi Sehat dan Keras Lembek , Oke Dua-duanye! yang banyak berisi cerita-cerita pengalaman dari berbagai tradisi, sedangkan buku ini lebih memberi ruang untuk cerita nyata yang terjadi dalam masa kini yang bisa menjadi bahan renungan kita bersama sehingga kita tidak mengulangi kejadian yang sama.
 Ada dua cerita yang sangat menarik sekali dalam buku ini . Cerita pertama yaitu tentang seorang anak muda bernama Lekh yang awalnya memiliki perilaku yang baik namun karena salah dalam pergaulan dia menjadi melenceng menjadi pencuri data, menjadi hacker yang membuat nya kaya raya, namun tragisnya mati muda.Â
Dan dalam kelahiran berikutnya bernama Samaran Karma mesti menderita cacat dan mengalami kepahitan hidup selama 60 tahun untuk membayar Karma buruk masa lalunya.
Dan cerita kedua seorang anak bertalenta sebagai penyanyi yang bagus sekali bernama Navin namun harus mengalami kebutaan sepanjang hidupnya karena perbuatan di masa lalu yang meninggalkan takdir jalan hidupnya sebagai Naraidas, lagi-lagi karena salah pergaulan serta kelemahan dirinya terhadap bujukan kebendaan yang sementara sifatnya. Sebuah cerita yang cukup mengharukan dan semoga bisa menjadi sebuah kaca benggala bagi kita semua.
Kita akan jumpai juga tentang tanya jawab antara penulis dengan peserta workshop Time Management yang pernah dilakukan dalam kurun waktu 15 tahun yang lalu.
Akhir kata, mengutip sebuah ajakan penulis bagi kita semua,
" Dengan tidak menghormati waktu, kita tidak menghormati segala sesuatu yang terkait dengannya - tidak menghormati hidup ini. Kemudian keberhasilan apa, kebahagiaan apa yang dapat kita harapkan?
Sebaliknya, jika kita menghormati waktu, dalam arti kata kita bekerja memperhatikan waktu dan tidak menyia-nyiakannya, maka waktu akan menyediakan segala apa yang kita butuhkan dalam hidup ini."
Kelahiran sebagai manusia adalah sebuah berkah bagi kita semua. Semoga kita bersama bisa mewujudkan berkah kemanusiaan kita dengan menjauhi jalan kemungkaran yang hanya mencelakakan diri sendiri dan orang sekitar kita dan melaksanakan perbuatan yang mulia dengan semangat melayani dan berbagi berkah tersebut.
Rahayu...
Bukit Pelangi, 22 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H