Leluhur Kepulauan Dvipantara ini telah menghasilkan sebuah filosofi hidup yang sangat kaya dan dalam maknanya. Sebuah ajaran yang mengajak kita bersama untuk senantiasa selaras dengan unsur alam ini mulai dari angin, api, tanah, air dan ruang (udara).
Buwana atau alam itu sebagai makrokosmos dimana kita menjalani hidup dan kehidupan. Dan badan yang merupakan anugerah dari Gusti Pengeran terbentuk lewat ibu kita juga terdiri dari 5 (lima) elemen alam juga. Inilah kita sebagai wujud mikrokosmos.
Dan di saat kematian nanti, elemen yang membentuk tubuh kita akan kembali ke wujudnya kembali.
Dan sang jiwa yang menghuni badan akan melanjutkan perjalanannya, dan seberapa mudah roh kita bisa melepaskan segala keterikatan dengan apapun yang ada di dunia, menjadi sebuah gambaran yang membawa kita dalam situasi yang kita wujudkan sendiri lewat mind kita (gugusan pikiran dan perasaan kita), yang tidak ikut mati bersama waktu badan yang sudah habis masa tinggalnya.
Ini lah kenapa kita diajarkan untuk berbuat kebaikan, berbagi kasih, saling Mamayu Hayuning Buwana.
Bagaimana memperindah dunia ini lewat peran-peran yang diberikan kepada kita sesuai dengan cetak biru kehidupan yang telah digariskan oleh Gusti Pangeran.
Dengan melakoni peran kita dengan baik kita bisa menjadi sebuah sarana pengejawantahan keluhuran Budi yang membawa kepada kebaikan semua. Dengan membawa bekal hidup selaras mind menjadi tenang, damai dan lebih lentur.
Langkah yang dilakoni untuk mencapai Manunggaling Kawula Gusti. Kehendak Gusti menjadi kehendak yang kita wujudkan. Apa itu kehendak Gusti?
Disinilah diperlukan meditasi, kontemplasi diri. Mengolah segala pikiran dan perasaan kita dalam sikap sempurna. Meruwat sikap-sikap raksasa yang tidak menunjang dalam mewujudkan kebaikan. Sikap Raksasa Dasamuka, Kumbakarna, Sarpakenaka , dan Gunawan Wibisono. Lewat pemberdayaan diri, lewat sikap selalu eling dan waspada, memperhatikan sikap dan perilaku gerak pikiran, yang selalu menciptakan dualitas.
Ajaran-ajaran luhur ini, bagaimana kita berhubungan dengan alam semesta, dengan manusia, dengan Gusti Pangeran telah lama tumbuh subur bersama alam Nusantara yang kaya ini, baik itu di Jawa, Sunda, Bali, Minang sampai Papua. Kebijakan yang mengedepankan keharmonisan dengan tiga alam tersebut bukanlah hal baru dalam alam pikir masyarakat Dvipantara ini.
Sebuah ajaran dari leluhur kita yang pada saat ini menjadi sebuah pengingat kembali akan gambaran keluhuran Budi luhur nenek moyang kita saat itu.
Ajaran yang bisa diamalkan dalam keseharian hidup. Bukan hanya filsafat yang mengarang, yang mengawang-awang di alam pikir manusia, namun dapat dijalani.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini peran ajaran leluhur ini menjadi makin relevan untuk dijalani bukan hanya oleh masyarakat Dvipantara namun juga untuk kebaikan seluruh dunia. Ajaran yang mengajak kita bersama hidup berdampingan selaras dengan alam dengan saling menghormati, saling mengasihi dan saling menyayangi.
Semua kembali, tergantung kepada setiap pribadi kita masing-masing.
Rahayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H