Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cukupkah Berpikir Positif untuk Bahagia?

5 November 2018   23:47 Diperbarui: 6 November 2018   07:30 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Saya merindukan satu bahasa, bahasa hati. Saya tidak mempedulikan kata-kata yang diucapkan oleh lidah, yang mana disebut bahasa. Bahasa harus keluar dari hati, sebagaimana adanya. Kadang-kadang, Anda melihat seseorang berlinang air mata dan tanpa sepatah kata pun diucapkan, tanpa adanya komunikasi, Anda tetap memahami apa yang ingin disampaikan oleh air mata. Inilah bahasa hati."

Dikutip : " Kehidupan" karya Anand Krishna

Hati adalah materi halus yang unik yang dititipkan Tuhan kepada manusia. Sesuatu yang bisa dibentuk dan diolah. Karena hati terkait dengan pikiran, maka sudah menjadi sebuah petuah luhur jika dimana pikiranmu menuju maka disanalah hatimu berada.

Dalam acara " Temu Hati " yang dilaksanakan di Hotel Chanti, Semarang pada hari Minggu (04/11/208) yang dihadiri kurang lebih 200 orang dari berbagai kalangan dan profesi seperti Pengusaha , PHDI Semarang, Sai Center Jawa Tengah juga para pembaca buku Bapak Anand Krishna di sekitaran Jawa Tengah.

Bapak Anand Krishna memaparkan bahwa berpikir positif saja tidak cukup untuk mewujudkan kebahagiaan hidup. Berpikir positif seperti pembantu yang menyembunyikan kotoran di bawah karpet. 

Nampak positif, tapi masalah ditunda tidak diselesaikan. Dan masalah yang dipending bukan hanya tidak menyelesaikan masalah, tapi masalahnya menjadi berbunga, bertambah masalahnya.

Namun berusaha bersikap positif (positive attitude). Tidak menegasikan hal-hal negatif yang ada namun melihatnya sebagai sebuah hal yang ada dan bisa ditangani dengan semangat. 

Dalam kesempatan ini juga para peserta yang hadir diajak untuk menoleh ke dalam diri lewat meditasi. Belajar berdiam diri dengan mata terpejam, menjadi saksi terhadap pikiran yang muncul. 

Dan ketika sesi Latihan Meditasi semua patuh mengikuti instruksi Bapak Anand Krishna, beberapa nampak mengalir air mata saat diminta membayangkan salah satu peristiwa duka yang selama ini tependam. Dikeluarkan dengan ekspresi teriakan 3 kali, terasa lega dan kemudian tubuh berdendang mengikuti irama lagu yang bersemangat.

Dan sungguh beruntung, bisa bertemu hati. Hati yang berbicara dalam bahasa cinta. Bahkan kata-kata pun menjadi tidak banyak bermakna. Karena hati berkomunikasi dengan bahasanya yang ajaib. Dengan terjadinya sinkronisasi pemikiran dan hati bisa, mengalami lompatan kesadaran.

Dengan semakin banyak orang yang tidak hanya berpikir positif saja, namun bertindak positif maka perubahan yang terjadi bisa mempengaruhi lingkungan dan masyarakat menjadi lebih waspada dan eling untuk menghadapi setiap keadaan serta tantangan yang ada. Sikap mental ini yang dibutuhkan dalam keharian hidup kita sehingga kebahagiaan hidup yang menjadi tujuan setiap insan, smoga bisa dicapai dan dialami.

Rahayu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun