Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Anak-anak Zaman

1 November 2018   23:02 Diperbarui: 1 November 2018   23:15 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajarlah dari teratai. Mekar dari lumpur. Membagikan keindahan bagi dunia.

Lihatlah anak-anak zaman. Mereka hidup dalam dunia yang semakin tua. Menyimak alam sambil bercanda tentang aneka warna dunianya.

Anak-anak zaman yang hidup dari ajaran-ajaran yang merupakan jalan menuju surga. Sebuah irama hidup yang diisi dengan belajar, tertawa, bersedih dan juga beban tugas dipundaknya yang masih terlihat ringkih. Sehingga sering berkeluh pada sesuatu yang dipujanya," Ya...allah betapa banyak tugas besok". Ucapan spontan yang biasa menguap bersama udara dan debu jalanan.

Ada juga anak-anak zaman yang hidup dijalanan. Berkawan udara tercemar asap kendaraan. Dengan wajah penuh tindikan. Rambut dicat berantakan. Dan membaurkan diri bersama penumpang untuk beberapa recehan. Sambil juga membagikan bau badannya di udara yang tercemar. Kebebasan dan norma jalanan yang memabukkan.

Merekalah anak-anak zaman yang berjalan menyongsong masa depan. Dengan bekal pendidikan dan juga kenekatan. Anak-anak zaman yang hadir di masyarakat kita. Yang tentu saja menjadi penentu kehidupan berbangsa serta bernegara. Di bumi Nusantara yang walaupun memasuki musim hujan, hawa panas persaingan menguar ke udaranya. 

Melihat anak-anak zaman berdandan dan berceloteh tentang aneka macam. Seperti melihat wajah Indonesia yang terlihat seragam walau warna-warninya masih kental menghias taman-taman sarinya. Sebuah perubahan zaman yang tidak bisa dihindarkan. 

Hanya kepada Dia yang kita puja dengan berbagai rupa. Doa dan pengharapan akan zaman penuh kebaikan dan keberkahan menaungi Nusantara yang penuh pesona ini. Semoga kebhinekaannya tidak sirna. Lalu tinggal gaung keikaan yang seragam tanpa jiwa.

Anak-anak zaman, di pundakmu tersimpan sebuah pesan dari para pahlawan. Teruskan kemerdekaan dengan mengisinya dalam kreatifitas dan kecerdasan namun tetap mengingat jati diri bangsa.Manusia Nusantara yang berbudi pekerti. Biarlah nilai-nilai kebaikan dalam segala ajaran para suci menjadi benang merah yang mengikat pikiran dan hatimu. 

Rahayu....

Bukit Pelangi, 1 November 2018

****

Sumber foto: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun