A. Sejarah Konflik
Untuk memahami awal mula terjadinya konflik antara Rusia - Ukraina, kita harus melihat kejadian yang terjadi di tahun 2004.
Pemilu yang diselenggarakan di Ukraina melibatkan salah satu kandidat yang dituduh Pro - Rusia, yaitu Viktor Lanoukovitch.
Salah satu kandidat yang dinyatakan kalah dalam pemilu melancarkan suatu gerakan yang disebut 'Revolusi Oranye', yang melaksanakan demo turun ke jalan sehingga menciptakan ketidakstabilan politik di Ukraina. Gerakan ini berhasil menghimpun hampir 500 ribu rakyat Ukraina untuk berdemo di kota Kiev selama 2 minggu berturut-turut.
Gerakan ini digalang oleh oleh salah satu kandidat presiden yang gagal, yaitu Viktor Yuschenko dan pendukung gerakan politiknya Yulia Tymoshenko. Mereka dibiayai oleh para penentang klan Donetsk, beberapa di antaranya memiliki kekayaan yang cukup besar. Revolusi Oranye ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat
Hasil gerakan ini adalah pembatalan hasil pemilu oleh Mahkamah Agung dan melaksanakan pemilu ulang pada tanggal 26 Desember 2004
Pemilu kedua telah dilaksanakan dengan memberikan kemenangan kepada Viktor Yuschenko, yang berhasil memperoleh 52% suara. Sedangkan sang rival mengumpulkan 44% suara. Dari sudut pandang geopolitik, Revolusi Oranye menandai pemulihan hubungan Ukraina dengan NATO
Pada tahun 2010, Viktor Lanoukovitch terpilih menjadi presiden dan berjanji untuk menjamin kelangsungan negosiasi perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Tetapi di bawah tekanan dari Kremlin, dia berbalik arah mendukung Kremlin.
Gelombang protes dari rakyat atau kekuatan pro-Eropa kemudian dimulai pada tahun 2014. Revolusi Maidan (Maidan adalah nama dari alun-alun pusat kota Kiev) berhasil memaksa presiden terpilih Ukraina untuk melarikan diri ke Rusia dan dimakzulkan dari jabatannya.
B. Agresi Rusia terhadap Krimea
Pada tanggal 27-28 Februari 2014 dilaporkan adanya aksi infiltrasi dan penggalangan oleh militer Rusia di wilayah Krimea. Terbukti dengan ditemukannya warga sipil bersenjata tak dikenal di daerah konflik tersebut. Krimea adalah daerah di Ukraina dengan mayoritas penduduk berbahasa Rusia di Ukraina dan kini telah dilanda ketegangan separatis. Kiev menuduh Moskow melakukan "invasi bersenjata". Sedangkan pihak gedung putih memperingatkan Rusia atas segala perencanaan tindakan agresi militernya.
Sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, "Vladimir Putin menganggap bahwa bekas negara satelit harus tetap berada di pangkuan Rusia. Dia bahkan berpikir bahwa Ukraina dan Rusia adalah satu negara dan bangsa yang sama, bahwa Ukraina bukanlah negara yng merdeka, dan pemerintahan Kremlin memiliki legitimasi yang kuat untuk menentukan nasib Ukraina", pendapat yng diutarakan dari analisis ahli Geopolitik Alexandra Goujon. Oleh karena itu, Vladimir Putin ingin Kiev bergabung dengan proyek integrasinya seperti Uni Ekonomi Euro-Asia atau Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO/Collective Security Treaty Organization) seperti halnya hubungan yang dibangun antara Rusia dengan Kazakhstan.