Perjalanan Pendidikan Nasional
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan di Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan sistem pendidikan di negara ini. Ide dan inisiatifnya memiliki dampak jangka panjang pada lanskap pendidikan Indonesia. Berikut adalah beberapa poin penting yang menyoroti kontribusinya (Ardini et al., 2023):
- Konsep Paguron: Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Paguron, menekankan nilai-nilai budaya Indonesia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Konsep ini tidak terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup visi yang lebih luas tentang pembangunan masyarakat, pelestarian budaya, dan identitas nasional.
- Penekanan pada Pembentukan Karakter: Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara berfokus pada pembentukan karakter dan pengembangan holistik individu. Beliau menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, religiusitas, ketekunan, tanggung jawab, keadilan, disiplin, dan toleransi pada peserta didik.
- Pengaruh terhadap Pendidikan Nasional: Gagasan Ki Hajar Dewantara memiliki pengaruh besar pada sistem pendidikan nasional di Indonesia. Usahanya dalam mendirikan Taman Siswa dan mempromosikan konsep kurikulum belajar mandiri berkontribusi pada diversifikasi dan pengayaan pendekatan pendidikan di negara ini.
- Peran dalam Lembaga Pendidikan: Peran Ki Hajar Dewantara dalam mendirikan lembaga pendidikan, seperti Taman Siswa dan SMA Taruna Nusantara, menunjukkan komitmennya untuk menyediakan pendidikan yang mudah diakses dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
- Pengakuan dan Warisan: Kontribusi Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan diakui secara luas, dan ia dihormati sebagai bapak pendidikan di Indonesia. Warisannya terus menginspirasi reformasi pendidikan dan inovasi di negara ini.
Konsep kurikulum belajar mandiri yang dipromosikan oleh Ki Hajar Dewantara, memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan sesuai dengan minat mereka sendiri. Beliau percaya bahwa pendidikan harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan menekankan pentingnya pembangunan karakter dan pengembangan holistik individu. Pemikirannya yang diperbarui tentang pendidikan berkontribusi pada diversifikasi dan pengayaan pendekatan pendidikan di Indonesia, dan konsep kurikulum pembelajaran mandiri telah diadopsi secara luas di sekolah-sekolah Indonesia. Ide dan inisiatif Ki Hajar Dewantara membantu membentuk etos pendidikan bangsa, mempromosikan nilai-nilai budaya, dan mendorong pengembangan sistem pendidikan menyeluruh yang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kesamaan antara perspektif pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan kurikulum Merdeka dalam menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan responsif budaya dapat dilihat dari fokus mereka pada pengembangan potensi peserta didik, beradaptasi dengan lingkungan belajar, dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya. Kurikulum Merdeka didasarkan pada falsafah pendidikan yang progresif dan eksistensialis, yang sejalan dengan penekanan Ki Hajar Dewantara dalam memberikan kemandirian kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Baik Ki Hajar Dewantara dan kurikulum Merdeka memiliki fokus yang sama pada pengembangan potensi peserta didik dan beradaptasi dengan lingkungan belajar (Saifullah, 2023).
Ki Hajar Dewantara berkontribusi pada pembentukan karakter pada peserta didik melalui pendidikan humanistik dengan cara-cara berikut (Forisma & Hidayat, 2023):
- Tut Wuri Handayani karya Ki Hajar Dewantara: Filosofi Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk nilai-nilai moral dan etika peserta didik. Tut Wuri Handayani, yang berarti "guru sebagai panutan," menekankan peran pendidik dalam mencontohkan perilaku dan nilai-nilai positif bagi peserta didik mereka. Pendekatan ini membantu peserta didik mengembangkan rasa moralitas dan perilaku etis yang kuat.
- Prinsip Humanistik Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya prinsip humanistik dalam pendidikan. Pendidikan humanistik berfokus pada pengembangan seluruh pribadi, termasuk pertumbuhan emosional, sosial, dan intelektual mereka. Dengan menekankan pertumbuhan pribadi, hubungan positif, pemikiran kritis, dan kreativitas, pendidik dapat membantu peserta didik mengembangkan rasa diri yang kuat dan sikap positif terhadap pembelajaran.
Secara keseluruhan Ki Hajar Dewantara berkontribusi pada pembentukan karakter pada peserta didik melalui pendidikan humanistik dengan menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar, pemodelan perilaku positif, dan mempromosikan prinsip-prinsip humanistik dalam pendidikan.
Refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh dalam materi ini dapat dipraktekan pada pembelajaran di kelas yaitu:
Ki Hajar Dewantara menjelaskan konsep pembelajaran yang memerdekakan peserta didik dilakukan berdasarkan sifat bawaan peserta didik yaitu cipta, rasa, dan karsa. Menggunakan metode among yang berarti menjaga, mendidik, dan membina berdasarkan kasih sayang. Kemerdekaan peserta didik dalam belajar adalah merdeka menetapkan tujuan mereka belajar, merdeka memilih cara belajar yang efektif, dan terbuka melakukan refleksi dengan guru. Contoh model-model pembelajaran yang dapat memerdekakan peserta didik di kelas adalah (Budiningsih, 2010):
- Model Pembelajaran Berdiferensiasi yaitu Pembelajaran yang dimodifikasi dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta didik Sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi pengembangan spiritual, logika, etika peserta didik untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang (Andajani, 2022).
- Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning): Model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) mengutamakan kerja sama antarpeserta didik sehingga memotivasi untuk saling membantu dan belajar bersama. Selain itu, dapat mendorong tanggung jawab bersama dan pengembangan keterampilan sosial.
- Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas, terutama dalam bentuk proyek yang dapat mengarahkan peserta didik untuk mengalami proses inkuiri. Melalui model ini diharapkan peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai dasar penilaian bagi guru.
- Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning - PBL): Model pembelajaran ini memulai kegiatan belajar dengan memberikan masalah atau tantangan kepada peserta didik. Hal ini dapat mendorong peserta didik untuk menemukan solusi melalui penelitian dan pemecahan masalah. Fokus pada model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning - PBL) yaitu pada pemahaman konsep dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata.
- Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skill-Based Learning): Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skill-Based Learning) menyelaraskan pembelajaran dengan pengembangan keterampilan esensial seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Model pembelajaran ini menekankan pada penerapan keterampilan tersebut dalam situasi dunia nyata.
- Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning): Model pembelajaran Inkuiri memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Mendorong rasa ingin tahu dan kemauan untuk mencari jawaban sendiri. Pada model ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing proses inkuiri.
- Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Based Learning): Mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterlibatan dan akses peserta didik. Hal ini memungkinkan peserta didik melaksanakan pembelajaran jarak jauh, pemanfaatan sumber daya daring, dan penggunaan alat pembelajaran interaktif.
Penerapan model-model pembelajaran ini dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik, memungkinkan mereka untuk aktif terlibat dalam proses belajar mereka sendiri.
Dampak Ki Hadjar Dewantara terhadap sistem pendidikan nasional Indonesia ditandai dengan pendekatannya yang inovatif dan inklusif. Konsepnya tentang Paguron menekankan nilai-nilai budaya Indonesia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat, mengadvokasi pendidikan yang dapat diakses untuk semua. Selain itu, promosinya tentang kurikulum pembelajaran mandiri memperkaya pendekatan pendidikan, membentuk etos pendidikan bangsa dan membina sistem yang menyeluruh. Secara keseluruhan, kontribusi Dewantara memiliki dampak yang langgeng, menginspirasi reformasi pendidikan dan sistem yang berpusat pada peserta didik yang menjunjung tinggi nilai-nilai Indonesia sambil menangani kebutuhan masyarakat.
Daftar Referensi:
Andajani, K. (2022). Modul Pembelajaran Berdiferensiasi. Mata Kuliah Inti Seminar Pendidikan Profesi Guru, 2.
Ardini, A. N., Khumairoh, D., Ulfah, A., & Setiawati, D. (2023). Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(2), 176–183. https://doi.org/10.24114/ph.v8i2.46819
Budiningsih, A. (2010). Strategi Pembelajaran Yang Memerdekakan. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 8(2), 1–14.
Forisma, A., & Hidayat, T. (2023). Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Pendidikan Humanistik Di Era 4.0 Paradigma Abraham Maslow Dan Ki Hajar Dewantara. Jurnal Tarbiyah Islamiyah RAUDHAH Proud To Be Professionals, 8(2), 825–840.
Saifullah, A. (2023). Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Journal Of Social Science Research, 3(5), 10821–10832.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H