Mohon tunggu...
Sunny Lee
Sunny Lee Mohon Tunggu... -

Seorang pemikir muda berusia 18 tahun yang belum jadi pemikir beneran. Mempelajari bidang filsafat, sejarah, sosio-antropologi, mitologi, xenologi, psikologi, dan teologi agama-agama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia yang Berpengetahuan

2 Juli 2014   10:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:52 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum mengulas lebih jauh, saya akan mengutip beberapa ayat dari kitab Kejadian pasal 2-3, yang mengulas tentang Adam dan Hawa yang akhirnya terjatuh dalam dosa karena terbujuk oleh ular (iblis) untuk memakan buah pohon yang ada di tengah-tengah Taman Eden (buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dalam Islam disebut buah khuldi)

-------------------------------------------------------

"Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: 'Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." --Kejadian 2:16-17

"Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."  Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."" --Kejadian 3:1-5

"Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat." --Kejadian 3:6-7

-------------------------------------------------------

Dari ayat diatas, menjelaskan bahwa manusia (Adam dan Hawa) yang sebelumnya 'belum terbuka matanya' menjadi 'terbuka' setelah memakan buah dari pohon itu. Mereka yang sebelumnya tidak merasa malu ketika mereka telanjang menjadi malu dan bersembunyi. Manusia sebelum memakan buah itu tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, semua baik di mata manusia. Hanya Tuhan sendiri lah yang mengetahui yang mana yang baik dan mana yang buruk. Setelah memakan buah itu, manusia menjadi mengetahui itu semua, karena itulah mereka bersembunyi ketika mengetahui bahwa diri mereka telanjang. 'Efek' buah yang dimakan oleh Adam dan Hawa ribuan tahun yang lalu masih ada sampai sekarang, yang disebut dengan 'dosa asal (original sin)'. Manusia menjadi terbuka akal dan pikirannya. Tetapi, akal dan pikirannya bisa bersifat baik atau buruk. Jika bersifat baik, tentu akan menjadi keuntungan bahkan berkat untuk dirinya dan jika bersifat buruk akan mengacaukan dan mencelakakan dirinya sendiri.

Sekarang, saya akan mengambil contoh dari Charles Darwin. Tentu kita ketahui bahwa Charles Darwin adalah seorang ahli biologi asal Inggris yang terkenal dengan teori evolusi-nya yang mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah kera. Dibantu oleh Charles Lyall, seorang ahli geologi. Mereka ingin mengetahui asal usul dan sejarah bumi, tidak puas bahkan tidak percaya dengan apa yang tertulis di kitab suci tentang asal usul bumi dan manusia. Maklum saja, mereka adalah penganut ateisme. Mereka yakin bahwa segala sesuatu ada sebagai hasil proses alamiah tanpa perlu adanya Tuhan. Demikian juga dengan Friedrich Nietzsche, seorang filsuf asal Jerman yang terkenal dengan teori 'God is Dead' dalam bukunya yang berjudul 'The Dawn'. Padahal keluarga Nietzsche sendiri termasuk keluarga Kristen Lutheran yang religius (bahkan kakek dan ayahnya sendiri adalah pendeta Kristen Lutheran). Apa yang memotivasi mereka untuk melakukan penelitian dan membuat teori tersebut? Tentu saja karena rasa keingin tahuan mereka. Sama seperti rasa keingin tahuan Hawa terhadap buah terlarang itu setelah dibujuk oleh iblis. Mereka mungkin saja berpikir, apakah benar apa yang dikatakan kitab suci atau apa yang biasa diajarkan tentang penciptaan bumi dan manusia?

Saya yakin bukan Darwin, Lyall, dan Nietzsche saja yang memiliki rasa keingin tahuan dan menganut teori milik George Berkeley "seeing is believing" tetapi hampir semua umat manusia di Bumi, termasuk saya. Maksud dari teori Berkeley itu adalah, kita tidak dapat mempercayai suatu fenomena atau kejadian sebelum kita melihat langsung fenomena tersebut. Jika kita telah melihatnya, muncul sebuah eksistensi dan kepercayaan untuk sebuah fenomena. Manusia pasti pernah mengalami hal ini, bahkan 'manusia beriman' pun mengalaminya. Tetapi 'manusia beriman' tersebut akan mengambil langkah pemikiran untuk tetap percaya kepada Tuhannya dan setiap firman Tuhannya. Tentu semua ini karena 'dosa asal' manusia yang berasal dari Adam dan Hawa sewaktu di Taman Eden.

Karena kita adalah manusia, tentu kita memiliki pilihan untuk percaya pada kepercayaan dan pengetahuan apa saja. Manusia adalah makhluk yang merdeka, bebas menentukan pilihannya. Namun, dibalik kebebasan tersebut tentu terdapat dampak baik maupun dampak buruk. Karena Adam dan Hawa telah memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, kita mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Jika memilih untuk menjadi 'manusia beriman', kita memerlukan bantuan Tuhan untuk mengetahui apakah pilihan yang telah kita ambil merupakan hal yang baik ataukah buruk. Dan jika memilih untuk menjadi penganut paham "logic is everything", kita perlu menggunakan akal pikiran kita sebaik dan sebijak mungkin untuk mengetahui yang mana yang baik dan yang buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun