Mohon tunggu...
Nia Nurkhanifah
Nia Nurkhanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi | Penulis Lepas

Seorang pembelajar sepanjang hayat. Menjadikan tulisan sebagai catatan kenangan untuk anak dan cucu. Dengan sebuah prinsip "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan".

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Lem" Si Candu Murahan Perusak Generasi Bangsa

9 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 9 Desember 2021   06:18 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini isu-isu tentang remaja dimabuk lem semakin menguat di telinga masyarakat. Banyak sekali youtuber dan influencer yang menyoroti fenomena ini. Saat ini pecandu lem di jalanan semakin bertambah jumlahnya terlebih lagi di kota besar salah satunya kota Batam. 

Sebelum membahas lebih lanjut tentang fenomena ini, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu ngelem atau mabuk lem. Ngelem atau mabuk lem adalah suatu cara yang dilakukan dengan menghirup aroma lem untuk mendapatkan sensasi mabuk. 

Ngelem biasanya dilakukan oleh remaja bahkan anak kecil yang tinggal di jalanan. Mirisnya kebanyakan dari mereka lebih memilih membeli lem daripada membeli makanan di warung. Sebut saja Tono, ia menuturkan bahwa dirinya merasa lebih kenyang dan lebih sehat setelah menghirup lem. 

Faktor lain yang membuat dirinya memilih lem sebagai teman hidupnya karena harga lem yang murah dan dapat ditemukan di banyak toko bangunan. 

Sungguh mengherankan bukan?, saya pribadi juga tidak tahu menahu siapa pencetus fenomena ngelem atau mabuk lem ini. Setahu saya lem biasanya bukan untuk dijadikan bahan untuk mabuk melainkan digunakan untuk merekatkan suatu benda. 

Perlu kita ketahui lem memiliki beberapa bahan salah satunya Toluene, zat ini berbahaya karena dapat mengganggu kinerja otak dan jantung, memperlambat koordinasi gerak dan dapat menyebabkan kejang. 

Mengingat akan bahaya zat ini negara di benua Eropa dan Amerika telah melarang penggunaan Toluene. Selain itu, terdapat beberapa lem yang mengandung LSD atau Lysergic Acid Diethyilamide, berdasarkan  Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 LSD merupakan narkotika golongan I. 

Meskipun lem termasuk narkotika golongan I tetapi efeknya sama halnya dengan seorang pecandu narkoba. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua lem itu mengandung LSD dan Toluene dengan kadar yang tinggi.

Efek yang ditimbulkan oleh aktivitas ngelem atau mabuk lem ini tidak hanya di bagian dalam tubuh saja, namun juga berimbas di bagian luar tubuh contohnya kulit. 

Salah satu youtuber pernah menemui seorang pecandu lem di kota Batam yang mukanya terbakar akibat terlalu sering ngelem atau mabuk lem. Ketika melihat kondisinya saja pasti anda akan merasa iba. 

Maka dari itu perlu adanya solusi untuk mencegah anak-anak muda bangsa kita agar tidak tercebur dalam dunia permabukan lem. Entah itu aksi pencegahan dari kepedulian masyarakat atau dari pemerintah langsung. 

Sebaiknya, anak-anak dan remaja di jalanan yang telah candu lem setidaknya direhabilitasi agar mereka dapat menjalani hidup sebagaimana orang normal dan menata ulang masa depan mereka. Kita juga perlu ingat bahwa para pecandu lem itu juga penerus bangsa ini, bagaimana jadinya jika pecandu lem itu terus bertambah secara masif? lalu bagaimana nasib negara kita kelak?

Bagi siapapun yang ingin mencoba memakai lem hanya untuk membahagiakan atau menghibur diri, ingatlah tujuan Tuhan menciptakan kalian masing-masing. Jangan biarkan lem si candu murahan menggerogoti tubuh kalian, percayalah penyesalan hanya ada di akhir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun