Mohon tunggu...
Muhammad Agha Khan
Muhammad Agha Khan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Disuruh guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan Dizz

21 September 2024   21:18 Diperbarui: 21 September 2024   21:20 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di wilayah yang tenang dan damai. Hidup seorang manajer sukses di sebuah bank lokal bernama Dizz. Dia mempunyai istri yang penuh kasih bernama Sarah dan seorang putri cantik bernama Aisyah. Mereka dikenal sebagai keluarga yang bahagia dan harmonis di komunitasnya.

Setiap pagi Dizz mencium Sarah sebelum pergi ke bank. Pekerjaannya memang menuntut tapi Dizz merasa senang karena dia bisa menghidupi keluarganya. Mereka sering menghabiskan akhir pekan bersama.

Aisyah sangat menyayangi ayahnya dan sering menunggunya di depan pintu begitu Dizz pulang dari kerja. Ikatan antara Dizz, Sarah, dan Aisyah sangat kuat. Hidup mereka terlihat sempurna, namun hidup bisa berubah secara tak terduga.

Semuanya berubah ketika tempat kerja Dizz terkena krisis ekonomi mendadak. Bank tempat Dizz bekerja kehilangan banyak uang dan banyak karyawan termasuk Dizz dipecat. Ini adalah pukulan berat bagi Dizz, yang belum pernah menghadapi kesulitan seperti ini sebelumnya.

Dizz berkata "Ayolah Pak bagaimana saya harus membiayai keluarga saya Pak?". Bank menjawab "Maaf tapi kami sudah membuat keputusannya untuk melepaskan kamu."

Tiba-tiba kehidupan keluarga yang stabil mulai terancam. Dizz mulai berjuang secara emosional. Dia menghabiskan hari-harinya mencari pekerjaan tapi semuanya terasa sulit. Sarah melihat Dizz mulai menjadi pendiam. Dia sering mengurung diri di kamar dan frustrasi dengan tekanan yang semakin meningkat.

Sarah berusaha sekuat tenaga untuk menghiburnya dengan mengingatkan bahwa ini hanya sementara. Tapi harga diri Dizz telah terluka. Dia merasa gagal sebagai kepala keluarga dan apapun yang Sarah katakan tidak bisa menghilangkan rasa putus asanya.

Sarah berkata "Ayolah Dizz ini hanya cobaan dari Allah SWT. Ini hanya sementara. Allah akan membalasnya berlipat ganda". Dizz membalas " Tapi saya sudah gagal Sarah. Saya telah menghilangkan pekerjaan saya. Sekarang kita dalam keadaan yang susah karena saya."

Aisyah sering bertanya mengapa ayahnya selalu sedih. Sarah berusaha menenangkan putrinya tapi dalam hatinya dia tahu bahwa situasi mereka semakin memburuk.

Aisyah mengatakan "Ibu kenapa Ayah sekarang sering diam? Apakah saya melakukan kesalahan?" . Sarah balas "Bukan putriku tercinta. Ayah hanya lelah saja".

Seiring berjalannya waktu kondisi mental Dizz semakin memburuk. Frustrasinya mulai merambah ke interaksi dengan Sarah. Mereka sering bertengkar karena hal-hal kecil seperti menu makan malam dan pengeluaran harian. Bahkan cara Sarah merawat Aisyah.

Suatu malam, ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya. Dizz meledak dalam amarah selama pertengkaran sengit. Suaranya lebih keras dari biasanya. Aisyah yang sedang tidur di kamarnya terbangun ketakutan dan menangis memanggil ibunya. Sarah buru-buru menenangkannya tetapi itu hanya membuat Dizz merasa lebih bersalah.

Rumah yang dulunya damai kini dipenuhi oleh keheningan dan ketegangan. Dizz merasa terperangkap dalam kegagalannya sendiri. Sarah yang juga kelelahan mulai bertanya-tanya apakah keadaan akan pernah kembali seperti dulu.

Sarah dalam hati mengatakan " Ya Tuhan. Apakah keadaan saya akan kembali seperti dulu? Saya sudah lelah menghadapi percobaan ini Ya Tuhan."

Dulu Dizz selalu menjadi pemecah masalah yang tenang di bawah tekanan. Namun sekarang beban kehilangan pekerjaan membuatnya kewalahan. Hubungannya dengan Sarah semakin dingin setiap hari dan bahkan Aisyah mulai merasakan jarak yang semakin lebar antara mereka.

Suatu sore frustrasi Dizz mencapai puncaknya. Sarah menyarankan agar Dizz mempertimbangkan pekerjaan dengan gaji yang lebih rendah untuk sementara waktu. Bagi Dizz ini terasa seperti pukulan lain terhadap harga dirinya dan dia meluapkan kemarahannya kepada Sarah dan menuduhnya tidak percaya pada kemampuannya.

Dizz secara tegas berkata "KAMU NGAK PERCAYA SAMA AKU YA? KAMU PIKIR SAYA SUDAH TAK MAMPU?? BERANI BETUL KAMU SARAH!"

Sarah yang sudah muak dengan kemarahan Dizz yang terus-menerus akhirnya berani melawan. Dia mengatakan kepada Dizz bahwa sikapnya telah menghancurkan keluarga mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Aisyah sedang melihat pertengkaran itu dari lorong.

Dizz dengan amarah besar akan menggunakan kekerasan terhadap Sarah. Tetapi sebelum tamparannya sampai ke Sarah. Aisyah tiba dari lorong untuk melindungi ibunya dari serangan ayahnya. Mengakibatkan Aisyah yang kena tampar.

Dizz melihat pipi merah putrinya tiba-tiba menyadari apa yang telah dia lakukan. Dia telah membiarkan rasa tidak aman dan kegagalannya menjauhkan orang-orang yang paling dia cintai. Ruangan menjadi sunyi dan untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu. Dizz merasakan beban kesalahannya.

Dilanda rasa bersalah Dizz meninggalkan rumah. Membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Dia berjalan menyusuri desa. Tenggelam dalam pikiran. Mengulang kembali kejadian beberapa bulan terakhir.

Dizz dalam hati berkata "Keluarga saya tidak pantas mendapatkan ini, mereka pantas mendapatkan yang lebih baik. Ya Allah, arahkanlah saya ke jalan yang benar."

Sementara itu Sarah mulai khawatir apakah Dizz akan kembali. Dia berusaha tetap kuat untuk Aisyah tetapi dalam hati dia takut bahwa keluarga mereka mungkin tidak akan pernah sama lagi.

Setelah berjam-jam berjalan sendirian Dizz akhirnya pulang larut malam. Dia masuk ke rumah dengan hati-hati. Menemukan Sarah sedang duduk di meja dapur. Tanpa sepatah kata pun dia duduk di sampingnya.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang terasa sangat lama. Dizz mulai terbuka kepada Sarah. Dia menceritakan betapa beratnya perjuangan yang dia hadapi, bagaimana kehilangan pekerjaannya membuatnya merasa tidak berharga. Sarah mendengarkan, dengan hati yang sedih untuk suaminya. Dia mengingatkan Dizz bahwa mereka adalah satu tim dan mereka akan melalui ini bersama.

Dizz mengatakan "Saya sungguh berminta maaf atas kelakuan saya di bulan-bulan terakhir ini." Sarah menjawab "Ngak pa-pa. Kita akan melalui ini bersama. Jangan pikir bahwa kamu sendirian."

Keesokan harinya, Dizz memutuskan untuk mencari bantuan. Dia berbicara dengan seorang teman yang bekerja di pusat konseling lokal dan mulai menghadiri sesi terapi untuk mengatasi perjuangan emosionalnya. Ini adalah langkah kecil tetapi itu adalah awal dari proses penyembuhannya.

Dengan waktu dan kesabaran. Dizz mulai memperbaiki hubungannya dengan Sarah dan Aisyah. Dia mengambil pekerjaan sementara di sebuah toko lokal, tidak sebergengsi posisi sebelumnya tetapi cukup untuk menghidupi keluarganya. Yang lebih penting dia belajar bahwa harga dirinya tidak ditentukan oleh pekerjaannya tetapi oleh cinta yang dia berikan kepada keluarganya.

Ketegangan yang dulu memenuhi rumah mereka digantikan oleh tawa dan kehangatan sekali lagi. Dizz telah belajar pelajaran berharga tentang ketekunan, cinta, dan pentingnya keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun