Sementara itu Sarah mulai khawatir apakah Dizz akan kembali. Dia berusaha tetap kuat untuk Aisyah tetapi dalam hati dia takut bahwa keluarga mereka mungkin tidak akan pernah sama lagi.
Setelah berjam-jam berjalan sendirian Dizz akhirnya pulang larut malam. Dia masuk ke rumah dengan hati-hati. Menemukan Sarah sedang duduk di meja dapur. Tanpa sepatah kata pun dia duduk di sampingnya.
Untuk pertama kalinya dalam waktu yang terasa sangat lama. Dizz mulai terbuka kepada Sarah. Dia menceritakan betapa beratnya perjuangan yang dia hadapi, bagaimana kehilangan pekerjaannya membuatnya merasa tidak berharga. Sarah mendengarkan, dengan hati yang sedih untuk suaminya. Dia mengingatkan Dizz bahwa mereka adalah satu tim dan mereka akan melalui ini bersama.
Dizz mengatakan "Saya sungguh berminta maaf atas kelakuan saya di bulan-bulan terakhir ini." Sarah menjawab "Ngak pa-pa. Kita akan melalui ini bersama. Jangan pikir bahwa kamu sendirian."
Keesokan harinya, Dizz memutuskan untuk mencari bantuan. Dia berbicara dengan seorang teman yang bekerja di pusat konseling lokal dan mulai menghadiri sesi terapi untuk mengatasi perjuangan emosionalnya. Ini adalah langkah kecil tetapi itu adalah awal dari proses penyembuhannya.
Dengan waktu dan kesabaran. Dizz mulai memperbaiki hubungannya dengan Sarah dan Aisyah. Dia mengambil pekerjaan sementara di sebuah toko lokal, tidak sebergengsi posisi sebelumnya tetapi cukup untuk menghidupi keluarganya. Yang lebih penting dia belajar bahwa harga dirinya tidak ditentukan oleh pekerjaannya tetapi oleh cinta yang dia berikan kepada keluarganya.
Ketegangan yang dulu memenuhi rumah mereka digantikan oleh tawa dan kehangatan sekali lagi. Dizz telah belajar pelajaran berharga tentang ketekunan, cinta, dan pentingnya keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H