Suatu malam, ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya. Dizz meledak dalam amarah selama pertengkaran sengit. Suaranya lebih keras dari biasanya. Aisyah yang sedang tidur di kamarnya terbangun ketakutan dan menangis memanggil ibunya. Sarah buru-buru menenangkannya tetapi itu hanya membuat Dizz merasa lebih bersalah.
Rumah yang dulunya damai kini dipenuhi oleh keheningan dan ketegangan. Dizz merasa terperangkap dalam kegagalannya sendiri. Sarah yang juga kelelahan mulai bertanya-tanya apakah keadaan akan pernah kembali seperti dulu.
Sarah dalam hati mengatakan " Ya Tuhan. Apakah keadaan saya akan kembali seperti dulu? Saya sudah lelah menghadapi percobaan ini Ya Tuhan."
Dulu Dizz selalu menjadi pemecah masalah yang tenang di bawah tekanan. Namun sekarang beban kehilangan pekerjaan membuatnya kewalahan. Hubungannya dengan Sarah semakin dingin setiap hari dan bahkan Aisyah mulai merasakan jarak yang semakin lebar antara mereka.
Suatu sore frustrasi Dizz mencapai puncaknya. Sarah menyarankan agar Dizz mempertimbangkan pekerjaan dengan gaji yang lebih rendah untuk sementara waktu. Bagi Dizz ini terasa seperti pukulan lain terhadap harga dirinya dan dia meluapkan kemarahannya kepada Sarah dan menuduhnya tidak percaya pada kemampuannya.
Dizz secara tegas berkata "KAMU NGAK PERCAYA SAMA AKU YA? KAMU PIKIR SAYA SUDAH TAK MAMPU?? BERANI BETUL KAMU SARAH!"
Sarah yang sudah muak dengan kemarahan Dizz yang terus-menerus akhirnya berani melawan. Dia mengatakan kepada Dizz bahwa sikapnya telah menghancurkan keluarga mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Aisyah sedang melihat pertengkaran itu dari lorong.
Dizz dengan amarah besar akan menggunakan kekerasan terhadap Sarah. Tetapi sebelum tamparannya sampai ke Sarah. Aisyah tiba dari lorong untuk melindungi ibunya dari serangan ayahnya. Mengakibatkan Aisyah yang kena tampar.
Dizz melihat pipi merah putrinya tiba-tiba menyadari apa yang telah dia lakukan. Dia telah membiarkan rasa tidak aman dan kegagalannya menjauhkan orang-orang yang paling dia cintai. Ruangan menjadi sunyi dan untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu. Dizz merasakan beban kesalahannya.
Dilanda rasa bersalah Dizz meninggalkan rumah. Membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Dia berjalan menyusuri desa. Tenggelam dalam pikiran. Mengulang kembali kejadian beberapa bulan terakhir.
Dizz dalam hati berkata "Keluarga saya tidak pantas mendapatkan ini, mereka pantas mendapatkan yang lebih baik. Ya Allah, arahkanlah saya ke jalan yang benar."