Negosiasi dengan Muawiyah
Ketika kufah dinyatakan sebagai ibu kota baru pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Semua gubernur dari berbagai propinsi datang berbondong-bondong ke Kufah, sebagai ibu kota baru, untuk menyatakan rasa setianya terhadap khalifah, namun gubernur Syiria tampak tidak hadir. Maka dari itu Ali mengutus Jarir bin Abdullah, salah seorang sahabat Rasulullah untuk melakukan negosiasi dengan Muawiyyah, namun disaat yang sama setelah Jarir bin Abdullah menjelaskan maksud dan tujuannya muawiyyah tetap berada dengan pendiriannya untuk dapat membalaskan dendamnya terhadap pembunuh Usman. Setelah kembalinya Jarir bin Abdullah dengan tidak membawa jawaban apapun, muawiyyah malah mengutus utusannya sendiri untuk mengirimkan surat kepada Ali bin Abi Thalib. Surat itu berisi tentang desakan terhadap Ali agar segera menemukan pembunuh Usman kalau tidak muawiyah dan seluruh warga syria tidak akan melakukan sumpah setia terhadap Ali.
Perang Shiffin
Ali telah putus asa dalam menawarkan perdamaian dan mengajak orang-orang Syria untuk berbai'at. Dan dengan sangat terpaksa, akhirnya dia memutuskan untuk melancar serangan atas musuh-musuhnya pada tanggal 26 Juli 657. Namun demikian, dia masih saja memerintahkan para pengikutnya untuk menanti para musuhnya meyerang lebih awal. Pasukannya diperintahkan untuk tidak menjarah dan merampas barang-barang musuh, tidak diperbolehkan untuk memotong-motong tubuh mereka, jangan sampai menyakiti wanita. Mereka diminta untuk selalu ingat, bahwa musuhmusuh yang mereka hadapi saat ini bukanlah orang lain, mereka adalah saudara-saudara seiman.
Daftar Pustaka
Hasaruddin. (2018). Pergolakan Politik Umat Islam. Makassar: Pusaka Almaida Makassar.
Iqbal, A. (2000). Diplomasi Iqbal. Lahore: Qaumi Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H