Mohon tunggu...
Suniah 2004
Suniah 2004 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Pendidikan Berdasarkan Filsafat Pendidikan

14 Oktober 2024   19:55 Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Perdebatan idealisme dan realisme kemudian bertemu dalam aliran esensialisme yaitu aliran filsafat yang melakukan kolaborasi kedua paham filsafat tersebut. Dalam pandangan esensialisme, sekolah berfungsi sebagai ruang guna menyampaikan warisan buda dan sejarah kepada generasi selanjutnya yang lebih muda. Hal yang esensi (pokok) dalam aliran ini adalah liberal arts yang terdiri dari seperangkat pengetahuan pokok seperti bahasa, gramatika Sastra, filsafat, ilmu alam, matematika serta sejarah dan seni .

   Prinsip pendidikan yang dipegang teguh oleh teori ini adalah (1) tugas utama sekolah yaitu mengajarkan pengetahuan dasar; (2) belajar adalah kerja keras dan disiplin; (3) guru merupakan inti dari kekuasaan kelas; (4) menerapkan evaluasi dengan pendekatan PAP (penilaian acuan patokan) dan (5) menganut konsep mastery learning (belajar tuntas) (Sukardi dan Sulistiyono, 2017).

Pragmatisme berpandangan bahwa hakikat sesuatu dapat dilihat dari kegunaan, manfaat,dan utilitas. Aliran filsafat ini tidak mengenal kebenaran mutlak, karena kebenaran bagi pragmatisme tergantung kegunaan atau manfaat , sementara kegunaan itu bersifat relatif. Dapat saja sesuatu itu berguna saat ini, tetapi di masa sebelumnya atau yang akan datang tidak berguna. Dalam pendidikan pragmatisme menginginkan peserta didik mampu mengkonstruksikan pikirannya sendiri dan mempelajari sesuatu yang berguna baginya saat ini.

Tujuan pendidikan dalam perspektif perenialisme adalah memastikan peserta didik memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang berbagai prinsip dan gagasan besar yang sifatnya tidak berubah. Tuntutan tertinggi belajar dalam hal ini adalah latihan dan disiplin mental. Oleh karena itu teori dan praktik pendidikan yang dilakukan harus mengarah kepada tuntutan tersebut. Pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada kemerdekaan peserta didik agar mereka mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan sengaja. Dapat dikatakan bahwa belajar menurut perenialisme adalah belajar untuk berpikir (Mu'ammar, 2014) tentang kenyataan, kebenaran dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan ruang.

Pendidikan merupakan jalan utama untuk perubahan atau reformasi sosial menurut aliran rekonstruktivisme. Dalam konteks ini, pendidikan berperan untuk memelihara (1) kepekaan akan adanya diskriminasi dalam pewarisan budaya; (2) berkomitmen untuk bekerja bagi upaya reformasi sosial yang adil; (3) kehendak mengembangkan mentalitas dan (4) pengujian rencana budaya untuk wujudkan reformasi sosial (Kristiawan, 2016).

Indonesia sejak awal memiliki Pancasila sebagai falsafah, dengan sendirinya pendidikan nasional berkiblat kepada filsafat Pancasila. Berpedoman pada sila dalam Pancasila, pendidikan di Indonesia juga harus disesuaikan dengan hakikat Tuhan, manusia, persatuan dan kesatuan, rakyat dan juga keadilan. Pancasila bersifat terbuka bagi filsafat dan ideologi pendidikan lain sehingga dapat menerima konsep berpikir berbagai aliran filsafat pendidikan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dalam Pancasila itu sendiri. Kondisi ini dapat menggerus asumsi bahwa sesungguhnya filsafat Pancasila lebih baik dari filsafat pendidikan lainnya.

Meski konsep pendidikan dijabarkan melalui berbagai teori dan aliran filsafat, tetapi antar aliran tidak berdiri sendiri. Masing-masing memiliki keterkaitan sehingga melahirkan teori dan konsep pendidikan yang saling mendukung satu dengan lainnya. Seperti esensialisme didukung idealisme dan realisme. Juga perenialisme didukung idealisme, realisme, naturalisme dan pragmatisme. Intinya, semua aliran filsafat melahirkan teori dan konsep pendidikan konstruktif dan mendukung optimalisasi perkembangan potensi manusia agar dimanfaatkan dengan baik dan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun