Mohon tunggu...
Sundari Octa Pratiwi
Sundari Octa Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - MAHASISWA

Sebagai mahasiswa komunikasi yang kreatif, saya senang mengeksplorasi berbagai media untuk menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda. Keahlian saya dalam penulisan berita dan fotografi telah memungkinkan saya untuk berkontribusi dalam proyek-proyek kampus dengan hasil yang memukau.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makanan Manis dalam Perspektif Syariat Islam

24 Oktober 2024   11:24 Diperbarui: 24 Oktober 2024   18:49 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://3.bp.blogspot.com/-YYNa6TwEClg/Wpz1bz23iwI/AAAAAAAAAMM/OM_1SxCZzwgFXxlfqhyyjB978FOnqw8UQCEwYBhgL/s1600/KISMIS1.jpg

Makanan manis merupakan bagian dari kuliner yang banyak disukai oleh berbagai kalangan. Dalam Islam, konsumsi makanan manis juga memiliki panduan tersendiri yang didasarkan pada ajaran Al-Qur'an dan Hadits. Artikel ini akan mengulas bagaimana syariat Islam memandang makanan manis dan bagaimana umat Islam sebaiknya mengonsumsinya.

Makanan Manis yang Disukai Rasulullah SAW: Rasulullah SAW dikenal menyukai makanan manis seperti madu, manisan, dan kismis. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyukai makanan manis dan madu. Makanan manis ini tidak hanya memberikan energi tetapi juga memiliki manfaat kesehatan jika dikonsumsi dengan bijak.

Prinsip Konsumsi Makanan dalam Islam: Islam mengajarkan umatnya untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik (thayyib). Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 88 yang menyatakan bahwa umat Islam harus makan dari rezeki yang halal dan baik. Prinsip ini juga berlaku untuk makanan manis, di mana umat Islam dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam mengonsumsinya agar tidak berdampak negatif pada kesehatan.

Manfaat dan Dampak Makanan Manis: Makanan manis dapat memberikan energi yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas sehari-hari. Namun, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti diabetes dan obesitas. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan manis dalam jumlah yang wajar dan seimbang.

Makanan manis memiliki tempat dalam syariat Islam, terutama jika dikonsumsi sesuai dengan prinsip halal dan thayyib. Umat Islam dianjurkan untuk menikmati makanan manis dengan bijak, mengikuti contoh Rasulullah SAW, dan memperhatikan kesehatan tubuh.

Referensi:https://bincangsyariah.com/khazanah/benarkah-rasulullah-menyukai-makanan-yang-manis/

https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-maidah-ayat-88-prinsip-dasar-konsumsi-makanan-dalam-islam-xKKen

https://bincangmuslimah.com/kajian/apakah-sunnah-berbuka-dengan-makanan-manis-39275/

https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/apakah-sunnah-buka-puasa-dengan-makanan-yang-manis-manis/

Penulis: Sundari Octa Pratiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun