Mohon tunggu...
Sonny Djatnika SD
Sonny Djatnika SD Mohon Tunggu... -

Metallurgist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagian I: Dongeng Mengenai Kerajaan Arsipelago (Bagian Sunda-Galuh)

20 Juni 2011   02:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Kumpulan cerita rakyat dan catatan sejarah yang masih membutuhkan kajian dan pengamatan lebih mendalam)

Karajaan Tarumanagara didirikan pada 358 M oleh Rajadirajaguru Jaya Singawarman ibukota di sekitar Sungai Gomati (sekrang Kali Bekasi). Sebelumnya, Rajadirajaguru memerintah Kerajaan Salakanagara di Ceylon (Srilangka). Bukti-bukti keberadaan Tarumanagara diperoleh dari luar negeri dan di dalam negeri berupa tujuh artefak batu tulis , baik yang ditulis dalam Sansekerta dan huruf Pallawa sampai yang ditulis aksara Sunda kuno (perkembangan Pallawa dengan model aksara Kamboja). Bukti tertulis yang tertua adalah dibuat pada pemerintahan Purnawarman, raja ketiga, pada 395-434M dengan ibukota baru Sundapura. Selain itu terdapat catatan dari penulis China sekitar 414 tentang keberadaan Yo-po-ti (Jawadwipa atau Way Seputih), serta naskah Dinasti Sui pada 528-535 sampai Dinasti Tang pada 666-669 tentang keberadaan To-lo-mo (Taruma). Dalam catatan tersebut tiga kepercayaan yang dianut, Hindu dan animisme serta sedikit Buddha di Srivijaya Sumatera.

Salah satu kerajaan bawahan dari Tarumanagara adalah Kendan, berdiri pada 536M dengan warna Hindu-Wisnu yang berpusat di Garut dengan peninggalan yang tersebar di sekitar Bandung Selatan dan Garut. Pendirinya adalah Resiguru Manikmaya dari India Selatan yang menikahi salah satu putri Tarumanagara. Kerajaan ini saling berbesanan dengan salah satu Kerajaan Sumatera, serta dengan Kerajaan Kutai di kalimatan Timur. Keturunannya kemudian menyebar di berbagai tempat di Priangan (Parahyangan). Salah satu turunan termudanya menjadi rajaresi di usia 21 tahun pada 612M, memindahkan kerajaannya ke Kerajaan Galuh di Ciamis.

Kerajaan Tarumanagara tercatat sampai pemerintahan Linggawarman 666 - 669M, karena pada saat tahta diserahkan ke Tarusbawa, raja Sundapura, Galuh memisahkan diri, sehingga Tarumanegara kemudian menjadi Kerajaan Sunda (asalnya kerajaan Sundapura) dengan wilayah mulai dari Sungai Citarum ke Barat (Selat Sunda) dan Galuh mengambil dari Citarum ke Timur sampai Sungai Cipamali (sekarang Kali Brebes), sampai ke Selatan yang sekarang wilayah Banyumas. Kerajaan Sunda dipimpin oleh 40 raja pada 669-1579M dimulai oleh Tarusbawa sampai Prabu Suryakencana.

Pada 923 ibu kota kerajaan pindah ke Pajajaran (sekarang Bogor, dinamakan Pajajaran karena pusat pemerintahan terdiri dari bangunan yang berjajar), sehingga nama Kerajaan Sunda sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran, seperti yang tercatat pada Prasasti Sanghyang Tapak. Secara pemerintahan, sejak awal abad 11, kerajaan-kerajaan yang tegabung dalam Sunda dan yang tergabung dalam kerajaan Galuh kembali bersekutu. Sehingga pusat pemerintahan bisa ada di kerajaan Sunda atau Galuh. Bahkan terjadi perkawinan di antara turunan raja-raja Sriwijaya, Kutai, Majapahit bahkan sampai Chola- India. Tujuannnya agar kerajaan-kerajaan tersebut tidak melakukan perebutan wilayah. Dan turunan hasil perkawinan itu pun kemudian banyak yang menjadi raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh yang berkedudukan di pusat pemerintahan Kerajaan Sunda atau Kerajaan galuh.

Tetapi hal yang tidak diinginkan pun terjadi pula, pada awal 1400an perebutan keadipatian di kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Kertabumi (Brawijaya V) akhirnya pecah. Kerabat keraton Majapahit banyak yang mengungsi ke Sunda atau Galuh. Seorang saudara Prabu Kertabumi bahkan menikah dengan putri Dewa Niskala dari Galuh. Ini membuat marah Raja Susuktunggal dari Pajajaran, yang juga besan Raja Niskala, karena mereka pernah membuat perjanjian tabu menikahkan dengan turunan Majapahit akibat kejadian Perang Bubat. Untungnya, kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan, kedua raja itu harus turun dari tahta dan menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang ditunjuk. Kedua mantan raya menunjuk orang yang sama Jayadewata, anak Niskala atau mantu Susuktunggal, sebagai penerus kekuasaan.

Demikianlah, akhirnya Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja mulai memerintah Kerajaan Sunda-galuh pada 1482, yang berubah nama resmi menjadi Kerajaan Pakuan Pajajaran, karena pakuan atau pakuwuan merupakan bangunan tempat tinggal raja-raja dari semua gabungan kerajaan Sunda-Galuh.

Itulah awal resmi Kerajaan (Pakuan) Pajajaran, dengan raja pertamanya Sri Baduga Maharaja.

Raja Sunda ke-19 Prabu Sanghyang Ageng (1019 - 1030 M), berkedudukan di Galuh.

Raja Sunda ke-20 Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030‚ - 1042 M ), berkedudukan di Pakuan.

Raja Sunda ke-21 berkedudukan di Galuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun