Ulama- ulama' kita, para penulis ternama pastilah kecintaannya pada buku- buku bacaan luar biasa. Mereka menemukan buku baru seperti menemukan harta karun. Mereka selalu haus untuk membaca dan membaca. Selaras dengan peribahasa Mesir buku adalah makanan bagi jiwa manusia.
Semakin banyak seseorang membaca, maka dorongan untuk mengeluarkannya dalam bentuk lisan maupun tulisan kian menggelora. Menyampaikan gagasan atau ide pemikiran melalui tulisan lebih abadi, dari pada menyampaikannya lewat lisan.
Sastrawan legendaris sekaligus penulis buku Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer mengatakan "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah".Â
Para ulama' tempo dulu sudah memulainya. Mereka selain gemar membaca, juga gemar menulis. Mereka menulis kitab- kitab, syiir, serta kajian- kajian lainnya. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan karya tulis lahir dari tangan mereka. Kitab- kitabnya, buku- buku karya tulisnya dibaca banyak orang. Karyanya dikenal, namanya pun masyhur dikenang dalam sejarah.Â
Namanya abadi melebihi umurnya. Kita bisa ambil contoh, para pemikir islam seperti Imam Syafi'i, Imam Al Ghazali, Mohammad Iqbal, Jalaluddin rumi, dan sebagianya. Atau di negeri kita sendiri seperti Gus Dur, NurCholis Majid, Cak Nun, Hamka, dan lain- lain. Mereka dikenal dalam sejarah sebab karya- karyanya. Maka, tidaklah berlebihan jika penulis katakan, Menulislah, maka engkau akan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H