Mohon tunggu...
sunarmi adja
sunarmi adja Mohon Tunggu... Guru - penikmat Kuliner

suka baca dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Kisah dari Sudut Kota

25 November 2022   12:39 Diperbarui: 25 November 2022   12:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku kaget setengah tidak percaya, apakah ia serius atau hanya bercanda. Bagaimana mungkin anak seusia dia belum bisa membaca. Bahkan mengeja dan menyebutkan huruf pun ia belum mampu. Hanya beberapa huruf saja yang ia hafal, seperti A, B, C, D dan E, selebihnya ia tak tahu.

Akupun ingat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika di kelas tersebut diadakan kuis, ia tak menuliskan jawabnnya sama sekali, hanya deretan huruf tak bermakna yang ia tuliskan di lembar kosong itu. Pun ketika ada kelas meringkas materi, ia menyalin tulisan di papan tulis huruf demi huruf ke dalam lembar kertasnya. Aku merasa sedikit heran dengan hal itu,  

Ya Allah, dadaku sesak rasanya. Banyak pertanyaan yang muncul di benakku. Tentang bagaimana belajarnya  ketika di Taman Kanak-kanak (TK) atau mungkin Sekolah Dasar (SD)? Bagaimana pula kepedulian keluarganya tentang pendidikannya? Dan banyak pertanyaan lain yang terus menari-nari di kepalaku.

Suara lonceng bel tanda berakhirnya jam pelajaran seketika bak memberikan semangat bagi siswa-siswi lagi. Sorak sorai dari mereka pun menggema dipenjuru kelas. Satu per satu dari mereka mulai berhambur ke luar kelas untuk segera bergegas pulang dan mengistirahatkan diri mereka masing-masing. Pada saat itu, ku beranikan diri untuk ngobrol kecil dengan Lukas. Tak banyak informasi yang aku dapat dari obrolan kecil itu, karena Lukas lebih banyak diam ketika ku tanya. Namun dari ceritanya aku tahu bahwa kedua orang tuanya telah tiada sejak ia berusia 5 tahun. Selama ini ia tinggal bersama paman dan bibinya yang bekerja sebagai pedagang sayur di pasar kecamatan.  Aku menduga, karena kesibukannya jadi mereka tidak terlalu punya banyak waktu untuk memerhatikan pendidikan keponakannya itu.

Keesokan harinya aku coba ceritakan permasalahan ini dengan beberapa guru dan kepala madrasah. Ternyata diantara beliau ada juga yang mengetahui kasus ini. Bagi kami, ini adalah permasalahan yang serius, bagaimana mugkin anak kelas VII SMP mengenali hurufpun belum bisa, apalagi mengeja dan membacanya.

Setelah diadakan diskusi akhirnya disepakati, bahwa madrasah akan mengadakan kelas khusus untuk Lukas. Dari kami akan ada 2 guru yang menjadi guru privatenya Lukas. Yang pertama Bu Anita, beliau akan membantu Lukas untuk belajar membaca dan berhitung, sedangkan yang satunya adalah Bu, Farida, beliau akan membantu Lukas dalam hal mengaji, karena selain belum bisa baca tulis, Lukas juga belum bisa mengaji.

Hal ini kami sampaikan kepada Lukas, ia bersedia untuk menambah jam pelajaran disela kegiatan rutinnya di sekolah.

"Iya, Bu. Saya mau," katanya.

Setiap pagi, selepas sholat Duha berjamaah bersama-teman-temannya, ia privat mengaji, dan siangnya selepas kegiatan belajar di sekolah, ia belajar calistung (membaca, menulis dan berhitung). Lukas sangat antusias dalam belajar.

Semangat dan kerja kerasnya mulai membuahkn hasil, kini ia sudah bisa mulai mengeja huruf dan mengaji. Kami yakin bahwa Lukas pasti bisa mengikuti kegiatan pembelajaran seperti teman-teman yang lain. 

Ponorogo, 24 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun