Polemik RUUK Yogyakarta semakin memanas, berawal dari pernyataan Sang Presiden yang ternyata tidak diakhiri dengan jelas dan dilanjutkan dengan tetap diserahkannya draft RUUK tersebut ke DPR.Ditambah lagi pernyataan Mendagri tentang hasil survey yang menyatakan 71% warga Jogja memilih adanya pemilihan gubernur dan bukan penetapan meskipun kemudian timbul pertanyaan siapa responden survey??Warga Jogja, mahasiswa atau anak kos?atau mungkin malah turis asing yang kebetulan sedang jalan-jalan di Malioboro?? Semua terjadi tanpa kontrol. Pihak pemerintah sepertinya tutup telinga dengan suara rakyat, wacana di TV dan surat kabar serta berita-berita di internet.
Berita terakhir adalah tentang mundurnya adik Sri Sultan HB X, GBH Prabukusumo sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DIY yang langsung ditanggapi Andi Malarangeng dengan enteng seolah beliau bukan siapa-siapa, seperti halnya Sang Presiden yang tidak menganggap penting suara rakyat termasuk suara Yogyakarta.
Kalau Bung Karno selalu berkata “JAS MERAH”, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah, benar juga kata Budiarto Shambazy di kolom Politik-Ekonomi Kompas, Pemerintah sekarang juga punya JAS MERAH: Sejarah Saya Memang Parah”.
Bukan hanya sejarah Jogja dan awal mula Jogja bergabung dengan NKRI yang menurut saya harus pemerintah ingat.Namun sedikit cerita tentang Kerajaan Singosari yang berjuluk Kerajaan Nusantara Pertama juga bisa jadi bahan referensi.Bukan tentang adanya pertumpahan darah pada setiap pergantian kekuasaan mulai dari pendirian Singosari oleh Ken Arok ataupun pada saat hancurnya Singosari oleh Jayakatwang yang berani memberontak besannya sendiri (Kertanegara).Kerajaan yang dianggap sedemikian besar dan sedemikian termasyur kini tinggal kenangan.Dan yang harus diingat, kerajaan Singosari hanya bertahan 70 tahun.Tujuh puluh tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk sebuah negeri, hanya seumuran manusia pada umumnya.Bagaimana dengan Indonesia?!?!
Harus selalu diingat Indonesia adalah Negara besar, Negara kepulauan yang di dalamnya ada Bhinneka Tunggal Ika, waktu SD saya selalu diajari guru saya bahwa di Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu juga, tidak perlu sama.Mungkin SBY sudah lupa dengan perkataan tamu kehormatannya “OBAMA” yang sempat mengutip kata-kata tersebut saat datang di Indonesia.Bhinneka Tunggal Ika, Bro!!
Ada banyak yang berkepentingan dengan hancurnya Indonesia, terutama pihak asing, karena Indonesia dianggap terlalu besar, terutama luas wilayah dan pulaunya.Terlalu sayang juga untuk tidak dijajah karena kebodohan rakyatnya, apalagi para pemimpinya.Oleh karena itu, tidak terlalu penting apakah Gubernur DIY ditetapkan atau dipilih langsung, tapi lebih penting tetap menjaga keutuhan NKRI.Kalau NKRI tetap bersikeras dengan draft pemilihan dan itu rasakan sebagai suatu penghinaan terhadap harga diri “Negara Jogjakarta”, jangan salahkan rakyat Jogja yang ingin referendum meskipun tidak ada dasar hukumnya.Jangan salahkan “virus” referendum yang Saya yakin cepat sekali menular ke daerah lain dengan alasan yang sangat mudah dicari.Ingat, saat ini pemerintah dan DPR sedang dalam kondisi yang tidak bisa berbangga diri dengan prestasi, tapi malah sebaliknya dalam keadaan yang “tidak dapat dipercaya rakyatnya”.
Ingat, Kerajaan Singosari dengan banyak raja yang berkuasa hanya berumur 70 tahun.Siapapun warga Indonesia tidak ingin NKRI seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H